Kotim Habaring Hurung

Hot Spot Sempat Muncul di Utara Kotim, Ini 3 Kecamatan Terawan Kebakaran Hutan dan Lahan

Titik panas (hot spot) sempat terpantau di wilayah utara Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dalam beberapa hari terakhir. 

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Haryanto
TRIBUNKALTENG.COM/HERMAN ANTONI SAPUTRA
WAWANCARA - Kepala BPBD Kotim, Multazam saat diwawancarai terkait titik api, pada Rabu (6/8/2025).  

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Titik panas (hot spot) sempat terpantau di wilayah utara Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dalam beberapa hari terakhir. 

Namun, berdasarkan laporan terkini dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, hotspot tersebut kini sudah tidak terdeteksi lagi.

Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam mengatakan, keberadaan hotspot itu sempat menjadi perhatian serius.

Hal tersebut mengingat wilayah utara Kotim merupakan salah satu kawasan yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama saat musim kemarau.

“Kemarin masih ada hotspot yang muncul di daerah atas, khususnya di bagian utara Kotim. Tapi syukur, sejak kemarin hingga hari ini, hotspot itu sudah nihil,” kata Multazam, Rabu (6/8/2025).

Baca juga: Pesan BPBD Kotim, Kewaspadaan Karhutla di Kotawaringin Timur

Meskipun cuaca masih panas dan hujan yang turun di beberapa wilayah hanya bersifat lokal dengan intensitas ringan, secara umum kondisi di lapangan masih terpantau aman.

“Cuaca memang masih panas, dan memang ada hujan tapi tidak lebat. Kami tetap waspada. Kondisi saat ini masih terkendali dan kami terus memantau lapangan,” ujarnya.

Sebagai langkah antisipasi, BPBD Kotim telah memperkuat komunikasi dengan para relawan dan Masyarakat Peduli Api (MPA). 

Ada tiga kecamatan yang dianggap paling rawan karhutla, yakni Teluk Sampit, Mentaya Hilir Utara, dan Mentaya Hilir Selatan.

“Kami sudah turun langsung dan berdiskusi dengan para MPA di tiga kecamatan. Semuanya menyatakan kondisi aman. Namun, antisipasi tetap dilakukan, karena kita belum memasuki puncak musim kemarau,” tegasnya.

Menurut data historis sejak tahun 2015, puncak musim kemarau di wilayah Kalimantan Tengah umumnya terjadi pada Agustus hingga September. 

Karena itu, potensi munculnya hotspot baru masih tetap terbuka, terutama jika tidak ada hujan dalam beberapa hari ke depan.

Multazam juga menyampaikan bahwa pihaknya akan mengikuti rapat koordinasi bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Palangkaraya. 

Dalam pertemuan tersebut, salah satu usulan yang akan disampaikan adalah pelaksanaan operasi modifikasi cuaca (OMC) di Kalimantan Tengah, sebagai upaya untuk mengurangi risiko karhutla secara lebih maksimal.

“Kami akan sampaikan usulan untuk pelaksanaan OMC. Ini penting agar bisa menurunkan potensi kebakaran di titik-titik rawan, khususnya di kawasan yang sulit dijangkau,” pungkasnya. 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved