Berita Kotim Kalteng

Pedagang Ikan di Pasar Keramat Sampit Keluhkan Sepi Pembeli, Ramai Lapak di Luar Karena Direnovasi

Pedagang ikan berjualan di luar area resmi Pasar Keramat Sampit Kotim ramai, namun justru pedagang dalam pasar mengeluhkan sepi pembeli dan omzet

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Herman Antoni Saputra
PEDAGANG - Satu diantara pedagang yang merasakan dampaknya adalah Rusmiati, Selasa (5/8/2025). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Ramainya Pedagang ikan berjualan di luar area resmi Pasar Keramat, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), berdampak langsung terhadap omset para pedagang lama yang masih bertahan di dalam pasar.

Akibatnya, sejumlah lapak di dalam pasar terlihat lengang dan tak terisi.

Satu di antara pedagang yang merasakan dampaknya adalah Rusmiati. 

Wanita yang sudah berjualan ikan di dalam Pasar Keramat Sampit selama lebih dari delapan tahun itu mengaku, pendapatannya kini menurun drastis dibandingkan sebelumnya.

“Kalau dulu bisa habis jual ikan sampai 70 sampai 80 kilogram. Sekarang bawa setengah pikul saja, kadang sampai dua hari baru habis. Kira-kira 25 kilogram lah,” kata Rusmiati, Selasa (5/8/2025).

Ia menuturkan, kondisi itu mulai terjadi sejak pasar dilakukan renovasi beberapa waktu lalu. 

Saat proses perbaikan berlangsung, para pedagang direlokasi sementara ke bagian belakang pasar, tepatnya di sekitar kawasan Inhutani. 

Namun setelah renovasi selesai, tidak semua pedagang kembali masuk ke area dalam.

“Waktu itu kami dipindah ke lokasi sementara di belakang. Tapi sebagian justru memilih tetap jualan di luar pasar. Sejak itu lah pembeli di dalam makin sepi. Pengaruhnya besar, sekitar 50 persen lah,” jelasnya.

Menurut Rusmiati, banyak pembeli kini lebih memilih berbelanja di luar area pasar karena dianggap lebih mudah dan praktis. 

Akibatnya, para pedagang di dalam hanya bisa berharap pada hari-hari tertentu yang mungkin mendatangkan pembeli lebih banyak.

“Tapi sekarang tidak bisa dipastikan juga. Mau hari Minggu, hari libur, kadang tetap sepi. Tidak ada yang bisa menentukan kapan pasar ramai,” ujarnya.

Meskipun penghasilan menurun, namun para pedagang di dalam tetap harus menanggung beban biaya operasional bulanan. 

Biaya tersebut sudah menjadi kewajiban bagi pedagang resmi yang menempati lapak milik pemerintah.

“Yang di dalam ini kan resmi. Jadi ada kewajiban bulanan juga. Saya biasa bayar keamanan sekitar Rp44 ribu per bulan, sampah Rp60 ribu, air Rp70 ribu, dan lampu Rp10 ribu. Jadi totalnya sekitar Rp184 ribu per bulan,” bebernya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved