Berita Kotim

Satwa Liar Sering Muncul di Permukiman Warga, Diimbau Segera Laporkan ke BKSDA Pos Sampit

Kerap muncul ke permukiman warga sejumlah satwa liat di wilayah Kotim Kalteng mendapat sorotan dan imbauan dari BKSDA Pos Kotim bagi warga

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Ahmad Supriandi
Tim medis dari Yayasan Orang Utan Foundation (OFI) Internasional Pangkalan Bun melakukan pemeriksaan awal di tempat orangutan jantan yang berhasil ditangkap personel BKSDA Pos Sampit, Selasa (9/1/2024). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Warga Sampit, Kotim dihebohkan beberapa kali beredar video satwa liar muncul tak jauh dari permukiman warga.

Buaya, beruang madu, dan orangutan adalah tiga di antara satwa liar yang di laporkan warga muncul dan viral di media sosial.

Kemunculan satwa liar tersebut berpotensi menimbulkan konflik antara manusia dan satwa liar.

Guna mencegah terjadi konflik tersebut BKSDA Pos Sampit melakukan berbagai upaya mulai dari sosialisasi, pemasangan plang peringatan, sampai observasi langsung ke lapangan.

"Kami melakukan berbagai upaya untuk mencegah konflik satwa liar dan manusia yang utama kami usahakan turun ke lapangan jika mendapat laporan," kata Komandan BKSDA Pos Sampit Muriansyah kepada Tribunkalteng.com, Rabu (10/1/2024).

Baca juga: Viral Orangutan Jantan Sempat Hadang Warga Kotim Kalteng, BKSDA Pos Sampit Lakukan Rescue

Baca juga: Viral Beruang Madu Muncul Bikin Geger Warga di Baamang Kotim Kalteng, Rusak Kebun Sawit

Selasa (9/1/2024) kemarin, tim BKSDA Kalteng berhasil melakukan upaya rescue seekor orangutan yang di laporkan muncul di Desa Seragam Jaya, Kecamatan Seranau Kotim.

Orangutan tersebut diketahui berjenis kelamin jantan dalam kondisi sehat diperkirakan berusia 25 tahun dengan berat 68 kilogram.

Berbeda dengan orangutan yang ditemukan BKSDA Pos Sampit beberapa tahun lalu di Desa Batuah, Kecamatan Seranau.

Saat itu orangutan yang ditemukan terdapat peluru di badanya.

Muriansyah mengimbau masyarakat agar segera melaporkan pada BKSDA Pos Sampit atau instansi setempat dan tidak melakukan tindakan gegabah.

"Terkadang warga panik akhirnya mengambil tindakan sendiri yang bisa membahayakan," tutur Muriansyah.

Tindakan warga yang mencoba menangkap satwa liar tanpa pengalaman dan keahlian berpotensi membahayakan baik bagi warga maupun untuk satwa liar.

Setiap satwa liar berbeda-beda cara penanganannya karena perilakunya yang berbeda-beda belum lagi jika ada perubahan perilaku.

Buaya misalnya dijelaskan Muriansyah biasanya ketika terlihat muncul di satu lokasi tidak akan jauh berpindah.

Sementara itu beruang madu dan orangutan sering berpindah-pindah lokasi yang cukup jauh jaraknya.

Cegah serangan buaya ke manusia, Petugas BKSDA Pos Sampit memasang papan peringatan waspada serangan buaya.
Cegah serangan buaya ke manusia, Petugas BKSDA Pos Sampit memasang papan peringatan waspada serangan buaya. (Dok Tribunkalteng.com)

"Kalau buaya kami masih bisa pasang peringatan sedangkan untuk orangutan dan beruang madu kami imbau warga langsung melaporkan ke BKSDA Pos Sampit," jelas Muriansyah.

Lanjutnya, Muriansyah mengingatkan baik manusia maupun satwa liar merupakan bagian dari ekosistem alam.

"Selama ini kami sudah sering mengimbau warga di lokasi untuk tidak melakukan tindakan sendiri saat menemukan satwa liar, saat ini sepertinya yang sudah kami lakukan membuahkan hasil positif," beber Muriansyah.

Menurutnya, warga mulai memahami bahaya tindakan gegabah menangkap sendiri satwa liar yang muncul di sekitar permukiman.

"Membunuh satwa liar yang muncul di sekitar permukiman juga bisa membuat warga dipidana selain mengancam keselamatan," terang Muriansyah.

Muriansyah mengingatkan, warga untuk menjaga alam dan lingkungannya agar tidak mengundang satwa liar muncul di permukiman.

Baca juga: Komandan BKSDA Pos Sampit Sebut Penyebab Orangutan Masuk Kebun Warga Karena Cium Bau Buah

Baca juga: BREAKING NEWS, Yayasan BOS dan BKSDA Kalteng, Lepasliarkan 10 Orangutan Hasil Rehabilitasi

Habitat satwa yang rusak karena pembukaan lahan secara masif, kebakaran hutan serta kebiasaan warga membuang sampah sembarangan, juga menjadi penyebab seringnya satwa liar muncul di sekitar permukiman dan kebun warga.

"Satwa liar muncul di sekitar permukiman biasanya saat kemarau untuk mencari makanan, kalau muncul saat musim hujan biasanya karena mengetahui di sekitar permukiman warga banyak buah seperti di Desa Seragam Jaya kemarin," jelas Muriansyah.

Muriansyah menegaskan, manusia juga membutuhkan satwa liar untuk menjaga ekositem oleh karena itu ia mengimbau warga untuk menjaga alam dan lingkungannya.

"Kita jaga alam, alam jaga kita, kalau alam rusak satwa punah yang rugi juga manusia," tutup Muriansyah. (*)

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved