Berita Kotim
Minat Warga Kotim Bekerja di PBS Minim, Perusahaan Sawit Datangkan Pekerja dari Luar Daerah
Minat Warga Kotim Bekerja di PBS Minim mengakibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit memilih mendatangkan pekerja dari luar Kalteng.
Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT -Minat Warga Kotim Bekerja di PBS Minim mengakibatkan perusahaan perkebunan kelapa sawit memilih mendatangkan pekerja dari luar Kalteng.
Upaya mengajk warga Bumi Habaring Hurung untuk mau bekerja di perusahaan besar swasta (PBS) Kebun Sawit sudah sering dilakukan, namun peminatnya sangat minim.
Ini kemudian memunculkan masalah yang mengakibatkan Jumlah pengangguran di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mencapai ribuan jiwa.
Salah satu pemicunya karena kurangnya minat warga Kotim untuk bersaing dalam mencari kerja salah satunya di perkebunan kelapa sawit.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans), Fuad Shidiq melalui Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Kesejahteraan Pekerja, Gatut Setyo Utomo, Sabtu (27/8/2022) mengungkapkan hal tersebut.
Baca juga: Konsorsium Perbaikan Jalan Lingkar Selatan Sampit, Ini Daftar 22 PBS yang Telah Menyumbang
Baca juga: Gelar Sidang Adat, DAD Kotim Turun Tangan Atasi Polemik Sengketa Lahan Sawit di Cempaga Hulu
Baca juga: Karyawan Kebun Sawit Kotim Was-Was Serangan Buaya, Muncul di Sungai Biding Mentaya Hilir Utara
"Terbukti dengan banyaknya perusahaan besar swasta (PBS) mendatangkan pekerja dari luar daerah. Padahal, kalau pencari kerja kita mau, lowongan pekerjaan itu bisa untuk menampung pengangguran yang ada," ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak 2021 tercatat ada 6.767 pengangguran di Kotim. Terdiri dari 6.200 berjenis kelamin pria dan 567 wanita.
Sedangkan, data Disnakertrans mencatat pada tahun 2021 jumlah pengangguran atau pencari kerja sebanyak 1.346 orang, terdiri dari 861 pria dan 485 wanita. Akan tetapi, sebanyak 157 orang telah mendapatkan pekerjaan, jadi tersisa 1.187 pengangguran.
Sementara di tahun 2022, dari Januari hingga Juli data yang masuk ada 438 pengangguran, namun 49 diantaranya kini telah mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran ini didominasi usia 20-29 tahun dengan rata-rata pendidikan terakhir lulusan SLTA. Meski ada perbedaan data tak mengubah fakta bahwa jumlah pengangguran di Kotim cukup banyak.
"Harapan kami tahun ini tidak sebanyak tahun lalu, apalagi pandemi Covid-19 juga sudah mulai melandai. Jadi baik itu dunia industri maupun dunia usaha bisa menyerap Sumber Daya Manusia (SDM) lokal," ujarnya.
Ia melanjutkan, pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk mendorong minat kerja dari pengangguran di Kotim. Karena setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
Kendati demikian tak berarti pihaknya sepenuhnya lepas tangan. Upaya untuk mendorong minat kerja masyarakat salah satunya dengan menggelar pelatihan kerja di Balai Pelatihan Kerja (BLK) yang juga bagian dari program Kementerian.
"Kami ada program pemberdayaan masyarakat yang dananya dari pusat. Seperti di BLK, sampai sekarang masih berlanjut walaupun intensitasnya dikurangi," lanjutnya.
Ia menambahkan, setidaknya ada 7 bidang pelatihan yang diajarkan melalui BLK. Diantaranya, tata boga, otomotif, elektronik, menjahit, ilmu komputer, dan lain-lain.
Tapi semua kembali ke kemauan masing-masing pencari kerja untuk memanfaatkan kesempatan itu guna meningkatkan kompetensi diri agar mampu bersaing dalam dunia kerja. (*)