Berita Palangka Raya

GMNI Palangka Raya Sebut Pemberian Gelar Pahlawan Soeharto Menghianati Reformasi

GMNI Palangka Raya gelar aksi depan kantor gubernur terkait pengangkatan, Soeharto sebagai pahlawan nasional, sebut mengkhianati reformasi

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Ahmad Supriandi
MENOLAK - Ilustrasi. Ketua GMNI Palangka Raya, Dida Pramida menolak menganggap Soeharo sebagai pahlawan, Selasa (11/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Palangka Raya mengkiritik pemerintah rencana pengangkatan pahlawan nasional mantan presiden RI Soeharto.
  • Mereka menyuarakan rencana pengangkatan Soeharto sebagai pahlawan nasional dianggap mengkhianati perjuangan reformasi.
  • Ketua GMNI Palangka Raya menilai, banyak masyarakat di atau tokoh di Kalteng yang layak diusulkan menjadi pahlawan nasional.

 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Palangka Raya, menilai pengangkatan Presiden ke- RI, Soeharto sebagai pahlawan nasional telah menghianati perjuangan reformasi.

Ketua DPC GMNI Palangka Raya Dida Pramida mengungkapkan, pengangkatan Soeharto yang merupakan rezim simbol rezim orde baru sebagai pahlawan telah mencederai rasa keadilan rakyat Indonesia, khususnya kaum marhaen.

"Kita tidak boleh amnesia, rezim orde baru adakah rezim yang dibangun di atas darah dan air mata rakyat," ungkapnya, Selasa (11/10/2025).

Dida juga menilai, para pejuang dan masyarakat adat di Kalteng masih banyak yang lebih layak disebut sebagai pahlawan.

Terlebih, Soeharto punya jejak kerusakan hutan di Kalteng lewat proyek sejuta lahan gambut pada 1995.

"Memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto sama saja dengan meludahi wajah sejarah bangsa ini," tegasnya.

Baca juga: GMNI Kotim Kecam Polisi Lindas Driver Ojol dengan Baracuda, Sebut Ciderai Nilai Kemanusiaan

Baca juga: Diskusi Publik GMNI Palangka Raya Kalteng, Soroti Bahaya RUU Polri

Lebih lanjut, Dida membeberkan, GMNI memandang sosok Soeharto dan rezim orde baru yang dipimpinnya selama 32 tahun, adalah antitesis dari cita-cita proklamasi dan ajaran Trisakti Bung Karno.

GMNI Palangka Raya menyerukan kepada pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk fokus pada penelusuran sejarah dan mengadili dosa-dosa orde baru. Alih-alih memberikan panggung kehormatan kepada figur yang telah mengkhianati penderitaan rakyat.

"Bagi GMNI, Soeharto bukanlah pahlawan. Ia adalah bagian gelap dari sejarah kelam Indonesia yang harus kita jadikan pelajaran agar otoritarianisme dan penindasan tidak kembali terulang," tutup Dida.

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved