Berita Kotim Kalteng

BPBD Kotim dan Siswa SMPN 8 Sampit Padamkan Karhutla Pada Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional 2025

BPBD Kotim dan SMPN 8 Sampit pada Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025, dengan simulasi penanganan karhutla di Kotim

Penulis: Pangkan B | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM/PANGKAN BANGEL
HKBN 2025 - Personel BPBD Kotim dan siswa SMPN 8 Sampit memadamkan api saat terjadi karhutla, Kamis (24/4/2025). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur gandeng 395 siswa dan 46 tenaga pendidik dari SMPN 8 Sampit pada Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025.

Kegiatan yang dilakukan merupakan simulasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di SMPN 8 Sampit.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” jelas Kalaksa BPBD Kotim, Multazam.

Ia menambahkan, HKBN 2025 juga menjadi bagian dari memecahkan rekor MURI 2025, yang mana kegiatan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia.

Multazam pun menjelaskan, alasan mengapa SMPN 8 Sampit dipilih sebagai lokasi kegiatan HKBN 2025.

“Jadi pada 2019 lalu, SMPN 8 Sampit hampir habis terbakar karena api menjalar dari belakang sekolah akibat Karhutla,” terangnya.

Petugas pun berjibaku memadamkan api, sehingga menjadikan peristiwa tersebut sebagai pengalaman bagi para siswa.

Tak hanya siswa dan para guru, simulasi juga melibatkan Kepala Perangkat Daerah, instansi vertikal, TNI, Polri, relawan kebencanaan, serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

“Kita juga mengundang OPD terkait, khususnya di bidang pendidikan serta pemerintah tingkat kecamatan. Hal tersebut dikarenakan, kesiapsiagaan bencana merupakan tanggung jawab bersama,” tegas Multazam.

Ia menambahkan, bahwa semua orang memiliki resiko terhadap bencana, sehingga penanganannya juga harus melibatkan semua pihak. 

Di sisi lain, salah satu faktor banyaknya korban saat bencana ialah kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan resiko tersebut.

Multazam mengatakan sangat penting untuk memberikan edukasi sejak dini, terutama kepada generasi muda. 

“Pada saat simulasi, para peserta mengikuti skenario evakuasi mandiri dari gedung sekolah, upaya pemadaman awal, hingga koordinasi lintas instansi,” ungkapnya.

Selain membangun pemahaman akan bahaya bencana, kegiatan tersebut menjadi upaya peningkatan kesigapan para siswa jika sewaktu-waktu terjadi bencana. 

Latihan simulasi seperti ini sangat penting dan dapat meningkatkan kesiapsiagaan melalui latihan aktivasi sirine peringatan dini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved