Berita Palangka Raya

Sudah 10 Tahun, Warung Danau Indah Jajakan Wadai Khas Banjar di Dermaga Rambang

Usaha keluarga yang sudah berjalan sepuluh tahun ini tetap mempertahankan seluruh proses pembuatan kue secara tradisional, Selasa (11/11/2025).

Sudah 10 Tahun, Warung Danau Indah Jajakan Wadai Khas Banjar di Dermaga Rambang - Warung-Danau-Indah-Dermaga-Rambang-11-November-2025.jpg
Muhammad Iqbal Zulkarnain/Tribunkalteng.com
MEMBELI DAGANGAN - Momen transaksi jual beli pembeli di Warung Danau Indah, salah satu lapak wadai (kue) khas Banjar di Kawasan Kuliner Dermaga Rambang, Palangka Raya, Selasa (11/11/2025).
Sudah 10 Tahun, Warung Danau Indah Jajakan Wadai Khas Banjar di Dermaga Rambang - Warung-Danau-Indah-Dermaga-Rambang-1-11-November-2025.jpg
Muhammad Iqbal Zulkarnain/Tribunkalteng.com
WAWANCARA - Muslimah (34), anak dari pemilik Warung Warung Danau Indah, salah satu lapak wadai (kue) khas Banjar di Kawasan Kuliner Dermaga Rambang, Palangka Raya, saat ditemui TribunKalteng.com, Selasa (11/11/2025).

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYAWarung Danau Indah, salah satu lapak wadai (kue) khas Banjar di Kawasan Kuliner Dermaga Rambang, Palangka Raya, menjadi salah satu tempat favorit warga untuk berburu wadai khas Banjar. 

Usaha keluarga yang sudah berjalan sepuluh tahun ini tetap mempertahankan seluruh proses pembuatan kue secara tradisional, meski berbagai kuliner modern terus bermunculan.

Muslimah (34), anak dari pemilik warung menuturkan, warung ini berdiri sejak 2015 dan awalnya berjualan dengan fasilitas yang sangat sederhana.

Baca juga: Harga Cabai di Palangka Raya Stabil, Pemerintah Pastikan Seluruh Pasokan Aman Jelang Nataru

Baca juga: Napi di Lapas Perempuan Palangka Raya Disebut Terlibat Jaringan Lintas Provinsi, Ini Kata Kalapas

Baca juga: Program Food Estate di Kalteng jadi Sorotan Publik, Gubernur Agustiar Terima Penghargaan Nasional

“Dulu mama jualan sendiri di sini, waktu masih banyak kapal dagang lewat. Kapal dari Amuntai, dan Banjar ke sini,” ujarnya saat ditemui TribunKalteng.com, Selasa (11/11/2025).

Seiring berkembangnya kawasan, pedagang bersama RT dan RW setempat kemudian mengusulkan pembangunan kios permanen agar UMKM di lokasi itu lebih tertata dan menjadikan pusat kuliner Palangka Raya.

“Awalnya (jualan) bukan pake tenda, tapi warung bikin sendiri dari terpal. Terus makin lama makin banyak yang jualan. Kami sama RT dan RW ajukan ke pemerintah kota minta tempat permanen, soalnya kalau musim hujan atau angin kencang, tendanya bisa terbang,” tuturnya.

Warung Danau Indah dikenal karena pilihan wadai khas banjar yang lengkap.

“Di sini kami jual wadai khas Banjar. Itu ada lupis, apam serabi, putu mayang, kokoleh, singkong selada, pais sagu, apam sakura, sama bingka,” kata Muslimah.

Dua menu yang paling cepat habis ialah apam serabi dan putu mayang.

“Yang paling favorit apam serabi sama putu mayang. Itu paling cepat habis,” ujarnya.

Menurutnya, resep-resep yang digunakan sebagian besar berasal dari keluarga, sementara sisanya merupakan hasil eksperimen sang ibu.

“Kalau cendol, apam serabi, lupis itu resep keluarga. Kalau yang lainnya mama banyak eksperimen. Lihat apa yang kira-kira laku, bikin resep sendiri, coba-coba,” ucapnya.

Ia menuturkan pelanggan mereka bukan hanya warga sekitar Dermaga Rambang

Bahkan ada pembeli yang datang dari luar Kota Palangka Raya.

“Daerah sini (Dermaga Rambang) ada, dari luar juga ada. Kemarin dari luar kota ada yang datang, biasanya kalau datang borongan belinya sampai seratus,” katanya.

Harga wadai di Warung Danau Indah tergolong sangat terjangkau, berkisar Rp2.000 hingga Rp3.000 per potong.

Muslimah menekankan semua wadai dibuat setiap hari sehingga tidak ada sisa yang disimpan.

“Wadai ini tidak tahan lama, jadi kami buat pagi. Kalau sudah matang langsung dijual,” ungkapnya.

Meski penjualan cenderung stabil, musim hujan menjadi tantangan karena jumlah pengunjung menurun.

Pada hari normal, terutama akhir pekan, mereka bisa menghabiskan sekitar 10 kilogram tepung beras untuk bahan adonan.

“Bahkan biasanya kalau bikin apam serabi sama putu mayang itu pakai tepung olahan dari beras. Sepuluh kilo beras sehari. Sabtu dan Minggu paling ramai karena hari libur,” jelasnya.

Di tengah tantangan itu, satu hal yang membuat mereka tetap bertahan ialah dukungan pelanggan yang terus datang selama hampir satu dekade.

“Kalau kami ga jualan sekitar tiga hari aja, pasti banyak yang nyari. Banyak pelanggan yang sudah punya nomor handphone saya, pasti selalu menanyakan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengajak masyarakat yang ingin menikmati wadai tradisional khas Banjar untuk datang langsung ke lokasi.

“Bagi yang ingin makan wadai khas Banjar, silakan datang ke Pelabuhan Rambang, Jalan Riau. Kami buka setiap hari dari jam 13.00 sampai 19.00 atau 20.00,” tutupnya.

(Tribunkalteng.com)

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved