Berita Kotim Kalteng

Dimomen Maulid Nabi 2025, Kisah Datuk Jungkir Tetap Hidup di Tengah Masyarakat Sampit Kotim

Momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 di Kotim, Datuk Jungkir atau Kai Jungkir, tokoh berpengaruh di Kota Sampit dikenan oleh masyarakat

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Herman Antoni Saputra
MAKAM - Makan Kau Jungkir yang terletak di Jalan Baamang I, Kecamatan Baamang Tengah, Kabupaten Kotawaringin Timur, Jumat (5/9/2025). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Momen peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), kembali menjadi ajang masyarakat mengenang para tokoh penyebar Islam terdahulu. 

Salah satunya adalah Datuk Jungkir atau Kai Jungkir, tokoh berpengaruh di Kota Sampit yang hingga kini kisah perjuangan dan karomahnya masih diceritakan lintas generasi.

Suasana di Jalan Baamang I, Kecamatan Baamang Tengah, sore itu tampak hidup. 

Tawa anak-anak yang mandi di Sungai Mentaya berpadu dengan lantunan shalawat dari peringatan Maulid Nabi yang digelar masyarakat setempat. 

Tak jauh dari situ, sebuah rumah tua peninggalan Kai Jungkir berdiri kokoh, menjadi saksi sejarah panjang Sampit.

Rumah bergaya kolonial yang dibangun sekitar 1946 itu masih mempertahankan bentuk aslinya. 

Berdiri di atas tiang kayu ulin setinggi dua meter, bangunan berukuran 9 x 16 meter tersebut penuh dengan ukiran khas. 

Pada bagian pintu utama terdapat ukiran Alamjalalah sebagai simbol keagamaan, sementara ornamen bunga kamboja, kenanga, dan teratai menghiasi teras dan tiang pendopo, melambangkan kedamaian serta perlindungan.

Indra Lesmana, juru pelihara rumah sekaligus keturunan dari Kai Jungkir, menuturkan bahwa rumah tersebut bukan sekadar peninggalan fisik. 

Arsitekturnya mencerminkan kearifan lokal masyarakat tempo dulu yang paham kondisi geografis Kalimantan, termasuk ancaman banjir dan keberadaan satwa liar.

“Tiang utamanya tertanam satu meter ke tanah, ditopang puluhan tungket. Rumah ini dibangun bukan hanya untuk tempat tinggal, tapi juga sarat nilai spiritual,” ujarnya kepada Tribun Kalteng, Jumat (5/8/2025). 

Sejarah Kai Jungkir tidak bisa dilepaskan dari sosok ayahnya, Datuk Sampit bin Kusin. 

Datuk Sampit merupakan salah satu dari tujuh utusan Kerajaan Banjar pada awal 1920-an untuk menyebarkan Islam di Kalimantan Tengah. 

Ia dikenal sebagai tokoh yang membuka lahan pertama di Kota Sampit dan menjadi panutan masyarakat.

Bahkan, sebutan “Sampit” diyakini berasal dari nama Datuk Sampit

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved