Berita Palangkaraya

Seluruh Wilayah Kalteng Terdampak Banjir hingga Mei 2024, La Nina dan Deforestasi Jadi Penyebab

Banjir di Kalteng hingga saat ini masih saja terjadi bahkan berkali-kali disepanjang tahun 2024 ini. Fenomena La Nina dan deforestasi jadi penyebabnya

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
BPBD Kotim untuk Tribukalteng.com
Banjir yang terjadi di wilayah Kotawaringin Timur, Kalteng. Selain di Kotim hingga saat ini tiga daerah lain di antaranya Seruyan, Lamandau, dan Katingan juga terdampak banjir, Selasa (28/5/2024). 

Auriga Nusantara mencatat angka deforestasi di Kalteng pada 2023 mencapai 30.433 hektare.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi kedua di Kalteng.

Direktur Save Our Borneo (SOB) Habibi mengatakan, hampir seluruh wilayah di Kalteng adalah hutan hujan yang berarti memiliki curah hujan tinggi.

Hutan berfungsi untuk menahan dan menyerap air ke dalam tanah, agar tidak mengalir ke tempat terbawah hingga menyebabkan sungai meluap.

"Kalau hujan terus terjadi sementara hutan terus berkurang tidak akan ada yang menahan air turun ke dataran rendah, selain itu deforestasi juga bisa menyebabkan perubahan cuaca," jelas Habibi.

Berdasarkan data yang dihimpun dari mapbiomas yang merupakan platform yang menampilkan dinamika tutupan lahan, hampir dua juta hektare tutupan hutan di Kalteng berkurang dan mayoritas berganti dengan lahan sawit, perkebunan, dan tambang.

Hilangnya tutupan hutan tersebut sejalan dengan daerah yang terdampak banjir seperti di Kotim dan Katingan sejak 2000-2019 kehilangan lebih dari 200 ribu hektare tutupan lahan.

Selain itu, deforestasi juga dapat menyebabkan longsor dan erosi hingga terjadi sedimentasi pada sungai.

Sedimentasi pada sungai mengakibatkan sungai menjadi lebih dangkal dan lebih cepat meluap.

Mencegah atau setidaknya mengurangi banjir memang bisa dilakukan dengan mengeruk sungai-sungai yang ada di Kalteng.

Baca juga: Waspadai Dampak La Nina, BMKG Palangkaraya Sebut Berpotensi Terjadi Peningkatan Risiko Bencana

Baca juga: BMKG Palangkaraya Ingatkan Waspada Cuaca Ekstrem di Kalteng Memasuki Musim Peralihan

Baca juga: Kebakaran Hutan dan Deforestasi Jadi Ancaman,140 Orangutan Belum Ada Tempat Pelepasliaran

Namun, mengingat sungai yang cukup besar dan bukan solusi jangka panjang menurut Habibi cara tersebut kurang efektif.

Habibi berharap pemerintah tidak lagi menambah izin untuk perusahaan perkebunan dan tambang yang membuka hutan secara masif.

"Kalau menurut saya tidak ada cara lain selain memulihkan hutan yang terkena dampak deforestasi dan menghentikan pembukaan lahan secara masif," tukasnya. (*)

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved