Berita Palangkaraya

Seluruh Wilayah Kalteng Terdampak Banjir hingga Mei 2024, La Nina dan Deforestasi Jadi Penyebab

Banjir di Kalteng hingga saat ini masih saja terjadi bahkan berkali-kali disepanjang tahun 2024 ini. Fenomena La Nina dan deforestasi jadi penyebabnya

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
BPBD Kotim untuk Tribukalteng.com
Banjir yang terjadi di wilayah Kotawaringin Timur, Kalteng. Selain di Kotim hingga saat ini tiga daerah lain di antaranya Seruyan, Lamandau, dan Katingan juga terdampak banjir, Selasa (28/5/2024). 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Banjir seperti menjadi derita abadi bagi masyarakat di Kalimantan Tengah. Mulai dari awal Januari hingga Mei 2024 hampir seluruh daerah merasakan dampak banjir.

Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran atau BPB-PK Kalteng, mencatat ada empat kabupaten yang saat ini masih terendam banjir di antaranya Katingan, Lamandau, Kotawaringin Timur dan Seruyan.

Berdasarkan data terbaru BPB-PK Kalteng pada 27 Mei 2024 lebih dari empat ribu jiwa terkena dampak banjir di empat kabupaten tersebut.

Bahkan, beberapa desa di Kotawaringin Timur pada pertengahan tahun ini sudah terendam banjir untuk kedua kalinya.

Kalaksa BPB-PK Kalteng, Ahmad Toyib mengungkapkan, selain keempat daerah tersebut kabupaten lainnya juga berpotensi terdampak banjir.

"Kalau bicara potensi pasti msh ada, karena kita tidak bisa memprediksi alam secara akurat," kata Toyib, Selasa (28/5/2024).

Sebelumnya, BPB-PK Kalteng juga mencatat enam daerah lainnya juga terdampak banjir seperti Barito Selatan, Murung Raya, Kotawaringin Barat, Barito Utara, Kapuas dan Kota Palangkaraya.

"Ada 18.923 kepala keluarga dan 59.573 jiwa yang terdampak," ujar Toyib.

Banjir di Kalteng disebabkan karena perubahan iklim.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Palangkaraya memproyeksikan fenomena El Nino bakal menuju netral pada periode Mei-Juli 2024.

BMKG Palangkaraya mengungkapkan, setelahnya fenomena suhu lautan pasifik itu bakal berganti menuju fase La Nina pada triwulan berikutnya.

Prakirawan BMKG Palangkaraya Cindy Arnelta Putri mengatakan, La Nina adalah anomali iklim yang disebabkan adanya penyimpangan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang mendingin atau di bawah normal.

Menurutnya, La Nina ini telah menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia yang berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor.

"Dampak dari La Nina secara umum bertambah intensitas curah hujan yang ada di Indonesia," jelas Cindy.

Selain itu, dampak deforestasi atau hilangnya tutupan hutan juga menjadi penyebab banjir di Kalteng, bahkan juga berpengaruh pada perubahan cuaca ekstrem yang terjadi saat ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved