Berita Kotim
Terdampak Persaingan Ketat Dengan Luar Daerah, Serapan Beras Bulog Sampit Tahun 2023 Turun Drastis
Serapan Beras Bulog Sampit rendah tahun 2023, dikarenakan banyaknya pembeli dari luar daerah yang menyasar beras lokal Kalteng.
Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Perusahaan Umun (Perum) Bulog Sub Divisi Regional (Divre) Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng) mencatat serapan Beras Bulog Sampit dari petani lokal menurun drastis pada tahun 2023.
Serapan Beras Bulog Sampit tersebut rendah, dikarenakan banyaknya pembeli dari luar daerah yang juga menyasar beras lokal Kalteng tersebut.
"Serapan Beras Bulog Sampit turun, karena beras lokal kita sekarang juga diserbu dari daerah lain, contohnya Kapuas dan Banjarmasin," Kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional Sampit atau Kepala Bulog Sampit Rony Hadianto, Jumat (29/09/2023).
Rony menjelaskan, berdasarkan informasi yang ia terima telah terjadi gagal panen padi di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan dan Kapuas yang menyebabkan daerah-daerah tersebut harus mencari pasokan beras dari daerah lain untuk menjamin ketersediaan pangan masyarakat.
Baca juga: Ditreskrimum Polda Kalteng, Ungkap Pemalsuan Dokumen dan Penggelapan Uang Sebesar Rp 4,9 Miliar
Baca juga: Gempa Terkini Jumat 29 September 2023 Sore, Magnitudo 2,9 SR Baru Saja Getarkan Kaur Bengkulu
Baca juga: Kebakaran di Sampit, Dua Bangunan Terbakar Petugas Disdamkarmat Kotim Sempat Kesulitan Padamkan Api
Dan salah satu sasaran mereka adalah hasil panen di wilayah Kalteng, khususnya daerah Pagatan, Kabupaten Katingan yang juga menjadi sumber utama serapan beras Perum Bulog Sub Divre Sampit atau Bulog Sampit.
Jika tahun-tahun sebelumnya Bulog Sampit bisa menyerap 1000-3000 ton setahun, namun hingga akhir Agustus 2023 pihaknya baru bisa menyerap sekira 600 ton.
"Dalam setahun kami bisa menyerap rata-rata 1000 ton, bahkan tahun lalu sampai 3000 ton. Tapi sejak Januari hingga Agustus tahun ini yang berhasil kami serap hanya sekira 600 ton," bebernya.
Kondisi ini juga tak lepas dari ketatnya persaingan. Ia menyebut harga tawar pembeli dari daerah lain rata-rata lebih tinggi, sehingga Bulog Sampit kalah bersaing.
Untuk gabah atau padi yang belum digiling saja pembeli dari daerah lain mampu memasang harga sekira Rp 7000 per kilogram, sedangkan Perum Bulog Sampit hanya sekira Rp 5000 sesuai ketentuan dari pusat.
Sedangkan, untuk hasil panen yang sudah dalam bentuk beras, daerah lain sanggup di harga Rp 11.000 - Rp 12.000, sedangkan Bulog Sampit sesuai ketentuan hanya Rp 9.950 per kilogram.
Sehingga tak heran jika pembeli dari luar daerah bisa menyerap hasil panen padi lebih banyak.
Kendati demikian, ia menyebut stok beras di gudang Bulog Sampit saat ini masih aman untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Kotim hingga akhir tahun 2023.
Saat ini di gudang Bulog Sampit ada sekira 1500 ton beras, dan pihaknya juga telah meminta pasokan beras dari pusat sekira 600 ton. (*)
Film 'Ternyata Aku Korban' Kolaborasi Apik Siswa SMAN-MAN Kotim, 'Perang' Pelaku Bullying |
![]() |
---|
Modus Pesan Makanan, Pria Punya Luka Wajah Bobol Kotak Amal Rumah Makan di Sampit Kotim |
![]() |
---|
Jadwal Perbaikan Jembatan Sei Lenggana, Jalur Sampit–Pangkalan Bun Kalteng Ditutup |
![]() |
---|
Pesan BPBD Kotim, Kewaspadaan Karhutla di Kotawaringin Timur |
![]() |
---|
Wakil Ketua DPRD Kotim Rudianur Ingatkan Karhutla Perbatasan, Perkuat Koordinasi Antarwilayah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.