Berita Kotim
Buaya Sungai Mentaya Muncul di Desa Terantang Kotim, Anjing Penjaga Gedung Walet Diduga Dimangsa
Seekor buaya berulang kali muncul di permukaan air Sungai Mentaya tepatnya di Desa Terantang Kotim, sehingga meresahkan warga setempat.
Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Seekor buaya berulang kali muncul di permukaan air Sungai Mentaya tepatnya di Desa Terantang Kotim.
Bahkan informasi warga Desa Terantang Kotim seekor anjing piaraan penjaga gedung walet dimangsa binatang buas penghuni Sungai Mentaya tersebut.
Video kemunculan buaya Sungai Mentaya, tepatnya di perairan Desa Terantang Kotim, tepatnya di Kecamatan Seranau tersebut beredar dan Viral di Medsos.
Seekor anjing penjaga gedung walet yang jadi korban dari predator air Sungai Mentaya tersebut menjadikan warga setempat was-was. Warga setempat merasa was-was akan terjadi konflik antara buaya dan warga setempat.
Baca juga: Buaya Tangkapan Nelayan di Sei Ijum Raya Kotim, Akhirnya Dilepasliarkan di SM Lamandau Kalteng
Baca juga: Muncul Ke Permukaan Sungai Mentawa Sampit, Buaya Sungai Mentaya Bikin Was-was Warga
Baca juga: Petugas BKSDA Pos Sampit, Serahkan Buaya Tangkapan Warga MHS ke Lokasi SKW II Pangkalanbun
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit berupaya mencegah konflik antara Buaya dan Manusia tersebut dengan memasang 2 spanduk berisi peringatan dan imbauan di sekitar lokasi tersebut.
Pemasangan spanduk tersebut guna mengantisipasi adanya konflik antara buaya dan manusia.
"Pada hari senin kemarin kami memasang spanduk peringatan di perairan Desa Terantang, karena sebelumnya kami menerima laporan kemunculan buaya dan setelah berkoordinasi dengan pemerintah desa (pemdes) setelah membenarkan hal tersebut," kata Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit, Muriansyah, Rabu (20/09/2023).
Muriansyah membeberkan, berdasarkan keterangan warga setempat kemunculan buaya yang terekam di video itu bukan pertama kalinya bagi warga.
Terutama bagi para pemancing, pengalaman melihat kemunculan predator air itu sudah beberapa kali dialami.
Kendati demikian, menurut keterangan Sekretaris Desa (Sekdes) Terantang yang mendampingi giat itu, belum pernah ada kejadian konflik antara buaya dan manusia di wilayah tersebut.
Tapi, berdasarkan informasi yang beredar seekor anjing penjaga gedung walet yang berada tak jauh dari tepi sungai telah menghilang disambar buaya.
Maka dari itu, BKSDA memutuskan untuk memasang spanduk peringatan di lokasi itu agar masyarakat yang beraktivitas di sungai bisa lebih berhati-hati.
Terlebih perairan Desa Terantang itu terkenal sebagai spot memancing yang bagus, sehingga banyak orang dari luar desa yang datang untuk memancing di desa itu.
"Kalau tidak salah satu atau dua bulan lalu sempat diadakan lomba memancing di desa itu, yang datang bukan cuma warga setempat tapi banyak juga dari luar. Takutnya, tanpa dia tau disitu ada buaya, ketika pancingnya tersangkut langsung terjun ke sungai dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya, kami pasang spanduk agar warga pun bisa berhati-hati," ujarnya.
Meski jauh dari Kota Sampit, namun lokasi kemunculan buaya kali ini berada di perairan permukiman warga.
Muriansyah pun menyampaikan beberapa dugaan alasan yang mendorong satwa tersebut masuk ke kawasan permukiman.
Pertama, terjadi kerusakan habitat yang berdampak pada pakan alami satwa tersebut. Kerusakan habitat ini bisa disebabkan adanya perubahan fungsi, misalnya dari yang sebelumnya hutan rawa kemudian berubah menjadi kebun atau ladang, sehingga pakan alami buaya seperti monyet dan biawak pun semakin berkurang.
Karena pakan alaminya berkurang, sehingga buaya tersebut mencari pakan di tempat lain hingga menyasar ke perairan permukiman. Ditambah lagi, perilaku masyarakat yang dapat mengundang dan membuat buaya itu betah di perairan permukiman.
Seperti, memelihara ternak di atas atau tepi sungai, membuang bangkai hewan ke sungai, dan membuang sampah rumah tangga ke sungai sehingga mendatangkan satwa seperti biawak dan kera yang merupakan pakan alami dari buaya.
Kedua, adanya faktor cuaca. Diduga, musim kemarau panjang yang meliputi Kotim membuat anak-anak Sungai Mentaya di wilayah hulu mengering sehingga buaya pun mencari tempat yang lebih nyaman dan masuk ke sungai besar hingga perairan permukiman.
"Nah, di sungai besar ini juga kan aktivitas masyarakat cukup padat. Ada perahu yang berlalu lalang, kemudian melihat buaya itu langsung difoto atau dividokan," imbuhnya.
Adapun, dalam giat pemasangan spanduk ini, ia didampingi seorang personel BKSDA dan perangkat Desa Terantang.
Spanduk di pasang di pelabuhan desa yang berada tak jauh dengan lokasi kemunculan buaya yang terekam di video amatir. Dan, satu lagi dipasang sekitar muara Sungai Rongon, anak Sungai Mentaya, yang berdasarkan keterangan warga, khususnya pemancing, sering melihat kemunculan buaya di lokasi itu.
Selain memasang spanduk, Pihaknya pun memberikan imbauan bagi warga agar lebih waspada ketika beraktivitas di sungai, khususnya pada saat kondisi sudah gelap.
Sebab, dikhawatirkan saat kondisi gelap warga tidak menyadari ada kemunculan buaya, sehingga terjadi hal yang tidak diinginkan.
Tak hanya di perairan Desa Terantang, baru-baru ini pihaknya juga menerima laporan kemunculan buaya di wilayah Kecamatan Cempaga dan Kota Besi.
Terkait laporan ini, pihaknya akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan pemdes setempat guna memastikan laporan tersebut sebelum mengambil langkah selanjutnya. (*)
| Kasus Makanan Dikeluhkan di Sekolah Rakyat Sudah 2 Kali, Evaluasi Vendor dan Catat Siswa Alergi |
|
|---|
| Penanganan Buaya Bukan Lagi Wewenang BKSDA tapi KKP |
|
|---|
| Diamanahi untuk Dijaga, Karyawan 51 Tahun Lakukan Tindakan tak Senonoh pada Anak di Kotim |
|
|---|
| Viral Pengendara Motor Gendong Orangutan di Sampit Kalteng, BKSDA Ambil Langkah |
|
|---|
| AKBP Muhammad Fadli Jabat Kepala BNK Kotim |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.