Berita Kotim

Gegara Anomali Cuaca, BMKG Perkirakan Puncak Kemarau di Kotim Molor ke Agustus

Anomali cuaca sendiri masuk kategori jangka pendek yang biasanya berlangsung seminggu sampai 10 hari saja

Penulis: Devita Maulina | Editor: Dwi Sudarlan
Tribun Kalteng/Devita
Prakirawan BMKG Kotim, Mitra Hutauruk ketika menjelaskan kondisi cuaca di Kotim saat ini, Sabtu (15/07/2023) 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Kotawaringin Timur (BMKG Kotim) melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit memperkirakan anomali cuaca akan mempengaruhi datangnya musim kemaru.

Anomali cuaca di Kotim diprediksi berlangsung selama dasarian II atau sepuluh hari kedua Juli 2023.

“Sebenarnya kita masih berada dalam fase musim kemarau, tetapi pada musim kemarau ini bukan berarti tidak ada hujan atau tidak ada gangguan. Jadi yang terjadi selama beberapa waktu belakangan ini benar akibat anomali cuaca,” kata Prakirawan BMKG Kotim, Mitra Hutauruk, Sabtu (15/07/2023).

Baca juga: Air Mata Sambut Kepulangan 179 Jemaah Haji Kotim di Bandara Asan Sampit, Seorang Wafat di Tanah Suci

Baca juga: Bupati Kotim Sebut Pertanian Punya Peran Strategis dalam Pembangunan Daerah

Baca juga: Buaya Tangkapan Nelayan di Sei Ijum Raya Kotim, Akhirnya Dilepasliarkan di SM Lamandau Kalteng

Berdasarkan prakiraan pada 17 kecamatan di Kotim pada dasarian II ini masih bersifat hujan menengah, artinya curah hujan berkisar 75 hingga 100 milimeter per hari.

Contohnya, hujan yang mengguyur Kota Sampit dalam dua hari terakhir,  juga terjadi secara merata hampir di seluruh wilayah Kotim.

Kemudian, pada dasarian kedua yakni dari tanggal 21 sampai akhir Juli diperkirakan anomali cuaca ini berangsur hilang dan kembali ke kondisi seharusnya, yakni musim kemarau dengan curah hujan rendah.

“Nanti di dasarian III kondisinya akan balik ke posisi normalnya, yaitu curah hujan dalam posisi rendah atau di bawah 50 milimeter, sampai dengan Agustus dasarian I,” ujarnya.

Dijelaskan Mitra Hutahuruk, anomali cuaca merupakan bentuk gangguan cuaca.

Gangguan cuaca ini ada yang jangka pendek dan jangka panjang.

Anomali cuaca sendiri masuk kategori jangka pendek yang biasanya berlangsung seminggu sampai 10 hari saja.

Penyebab gangguan cuaca bermacam-macam, di antaranya suhu muka laut pada maritim wilayah Indonesia yang cukup hangat sehingga mendukung pertumbuhan awan hujan, kemudian adanya gelombang-gelombang di ekuator yang cukup aktif, sehingga panas matahari yang seharusnya dipantulkan ke angkasa tertahan karena adanya pembentukan awan hujan.

Mitra Hutahuruk juga menegaskan bahwa anomali cuaca yang terjadi saat ini bukan karena adanya teknologi modifikasi cuaca (TMC), melainkan murni faktor alam.

Dengan adanya anomali cuaca yang terjadi saat ini, puncak musim kemarau di Kotim yang sebelumnya diprakirakan terjadi pada Juli ini, kemungkinan akan mengalami pergeseran atau molor hingga pada Agustus mendatang. (*)


Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved