Berita Kotim
Banjir di Kalteng, Diguyur Hujan Seharian Desa Hanjalipan Kotim Tinggi Air Capai 2,1 Meter
Banjir di Kotim, hujan yang mengguyur seharian di Kecamatan Kotabesi, di Desa Hanjalipan mengalami kenaikan debit air mencapai 2,1 meter
Penulis: Devita Maulina | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Banjir di Kotim, hujan yang mengguyur seharian di Kecamatan Kotabesi, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), pada Selasa (13/9/2022) kemarin, membuat banjir yang melanda sebagian wilayah tersebut bertambah dalam.
Salah satunya di Desa Hanjalipan yang kini kedalamannya mencapai 2,10 meter dari permukaan jalan dari yang awalnya kisaran 1,8 - 2 meter.
Kondisi ini diperparah dengan adanya air pasang dari dua sungai yang ada di wilayah itu, yakni Sungai Mentaya dan Sungai Tualan.
Hal ini disampaikan oleh Camat Kotabesi, Gusti Mukafi, yang mengaku baru meninjau langsung kondisi banjir di Desa Hanjalipan, sekaligus menyalurkan bantuan sembako bagi warga yang terdampak banjir, Selasa (13/9/2022) kemarin.
“Kebetulan kemarin saya ke sana dalam keadaan masih hujan, hujannya berlangsung dari pagi sampai sore akibatnya debit air pun bertambah. Sudah 210 cm dari tanah, dan hari ini informasi dari kades masih sama, belum berkurang,” bebernya, ketika ditemui Rabu (14/9/2022).
Baca juga: Banjir di Kalteng, 3 Kecamatan di Utara Kotim Terendam, Personel BPBD Langsung Turun ke Lokasi
Ada 4 RT di desa tersebut dan semuanya terdampak banjir dengan total yang terdampak sebanyak 314 rumah, 462 Kepala Keluarga (KK), atau 1700 jiwa.
Dari 314 rumah itu nyaris semua sudah kemasukan banjir, hanya tersisa 6 rumah yang aman itupun banjir sudah berada dekat di bawah lantai rumah.
Banjir bahkan menyebabkan sebagian rumah kebanjiran hingga setengah dari tinggi lantai ke atap rumah.
Sebagian warga telah mengungsi ke tempat yang lebih aman, baik itu ke rumah keluarga, tetangga, maupun perusahaan setempat yang menyediakan penampungan.
Namun, tak sedikit pula yang memilih bertahan. Untuk mengamankan diri dan perabotan rumah tangga, warga yang rumahnya kemasukan banjir membangun katil atau dipan di dalam rumah.
“Desa tersebut memang sudah langganan banjir, jadi warga rata-rata punya kayu untuk membangun katil di dalam rumah. Di situ mereka beraktivitas selama banjir, baik itu memasak, tidur, dan lain-lain. Tapi kasihan juga, kan tempatnya sempit jadi mobilitas terbatas,” jelasnya.
Baca juga: Banjir di Kalteng, BMKG Palangkaraya Sebut Puncak Hujan di Desember 2021 Hingga Februari 2022
Terkait pembangunan posko atau tenda pengungsian, menurutnya sulit. Dikarenakan Desa Hanjalipan berada di dataran rendah, sehingga hampir seluruh wilayah tersebut Terendam Banjir.
Bahkan, lumbung desa untuk penyimbangan bantuan logistik yang dibangun di dataran yang lebih tinggi pun sudah dikepung banjir dan hanya tersisa sekitar 10 cm meter antara lantai dan banjir.
“Makanya kemarin saya sarankan, supaya pemerintah desa disana mengambil tindakan antisipasi. Di dalam lumbung itu kan semua barang logistik, jangan sampai basah dan rusak,” imbuhnya.
Lanjutnya, banjir menyebabkan aktivitas masyarakat lumpuh total. Sekolah ditutup dan warga tidak bisa bekerja.