Kakek di Kotim Diduga Diterkam Buaya
3 Hari Pencarian, Tim SAR Gabungan Kotim Temukan Jasad Murhan Diterkam Buaya Kondisi Rusak Parah
Jasad kakek Murhan yang diduga hilang di Sungai Rangkang Kotim diterkam buaya akhirnya ditemukan Tim SAR Gabungan, dengan kondisi tubuh rusak parah
Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
Ringkasan Berita:
- Jenazah Muhran (63), warga Desa Satiruk yang hilang akibat serangan buaya di Sungai Rangkang, Pulau Hanaut Kotim akhirnya ditemukan oleh tim SAR Gabungan Senin (24/11/2025).
- Saat ditemukan kondisi jasad sudah tidak utuh atau rusak rusak parah hampir 70 persen tubuh masih diselamatkan personel.
- Diketahui korban hilang saat mencari udang ebi di Sungai Rangkang dan tak pulang cukup lama hingga informasinya diterkam buaya.
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT- Setelah memasuki hari ketiga pencarian, jenazah Muhran (63), warga Desa Satiruk yang hilang akibat serangan buaya di Sungai Rangkang, Kecamatan Pulau Hanaut, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah,, akhirnya ditemukan pada Senin (24/11/2025) sekitar pukul 11.30 WIB.
Temuan ini mengakhiri proses pencarian panjang yang dilakukan tim terpadu sejak korban dilaporkan hilang pada 22 November 2025.
Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur, Multazam, menjelaskan pencarian dimulai segera setelah laporan diterima pada Sabtu (22/11/2025) sekitar pukul 04.00 WIB.
Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, SAR, Ditpolair, aparat kecamatan, dan masyarakat setempat langsung dikerahkan menuju lokasi.
"Untuk hari pertama dan kedua, pencarian dilakukan menggunakan alut berukuran besar milik SAR karena wilayah perairan Sungai Rangkang memiliki gelombang cukup kuat," ujar Multazam.
Armada RIB tersebut digunakan untuk menyisir jalur utama sungai yang dikenal sebagai habitat buaya muara.
Multazam menyebut gelombang tinggi dan kondisi sungai yang sempit menyulitkan tim untuk bergerak leluasa menggunakan kapal bermesin besar.
Memasuki hari kedua dan ketiga, strategi pencarian dimodifikasi. Tim menurunkan perahu karet berukuran kecil untuk menyisir daerah dangkal serta titik-titik yang tidak bisa dijangkau alut besar.
Metode ini memungkinkan petugas dan warga menjangkau wilayah yang dicurigai sebagai jalur buaya membawa korban.
"Setelah dua hari upaya pencarian belum membuahkan hasil, pada hari ketiga tim terus memperluas penyisiran hingga sejauh kurang lebih lima kilometer dari lokasi awal korban diterkam," ungkapnya.
Lanjutnya, proses ini dilakukan dengan melibatkan perahu tradisional milik warga, meski berisiko karena area tersebut merupakan habitat hewan predator.
Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil. Jenazah Muhran ditemukan dalam kondisi sudah rusak parah.
Menurut Multazam, hanya sekitar 70 persen bagian tubuh korban yang berhasil diselamatkan dan dimasukkan ke kantong jenazah sebelum dibawa ke rumah duka.
“Secara fisik sudah hancur. Tapi setelah dibuka dan diidentifikasi, keluarga memastikan bahwa jenazah tersebut benar adalah Muhran yang hilang pada tanggal 22 itu,” katanya.
Usai ditemukan, jenazah langsung diserahkan kepada pihak keluarga setelah semua dokumen dan administrasi penanganan selesai ditandatangani.
