Berita Kotim Kalteng
Warga Pesisir Ujung Pandaran Kotim Kalteng Waspada Banjir Rob, Puncak Diperkirakan 7 Oktober 2025
Masyarakat pesisir, terutama di Desa Ujung Pandaran Sampit, meningkatkan kewaspadaan potensi banjir rob diperkirakan terjadi awal Oktober 2025
Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur (Kotim), mengingatkan masyarakat pesisir, terutama di Desa Ujung Pandaran Sampit, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir rob diperkirakan terjadi pada awal Oktober 2025.
Peringatan ini dikeluarkan setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan adanya fenomena fase Perigee atau jarak terdekat bulan dengan bumi.
Fenomena tersebut bertepatan dengan bulan purnama pada 7 Oktober 2025, sehingga berpotensi menimbulkan pasang air laut maksimum.
“Pasang maksimum itu bisa berdampak pada pesisir, salah satunya di Ujung Pandaran. Kami imbau masyarakat, khususnya nelayan dan warga sekitar pantai, agar lebih berhati-hati,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam, Rabu (1/10/2025).
BMKG menyebut, potensi banjir rob dapat menimbulkan gangguan terhadap aktivitas masyarakat, mulai dari pelabuhan, tambak, kawasan permukiman pesisir, hingga lahan perikanan darat.
Untuk mengantisipasi dampak, BPBD Kotim telah menyiagakan tim di lapangan.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan aparat desa dan kecamatan yang berada di kawasan rawan banjir rob.
“Jika ada indikasi ancaman serius, langkah mitigasi akan segera dilakukan untuk meminimalisir risiko terhadap warga,” ujar Multazam.
Selain itu, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas berisiko tinggi di pesisir saat puncak pasang terjadi.
Barang-barang berharga juga disarankan disimpan di tempat yang lebih aman.
Banjir rob sendiri merupakan fenomena naiknya permukaan air laut hingga menggenangi daratan, khususnya di wilayah rendah di sekitar pantai.
Berbeda dengan banjir akibat hujan, air banjir rob umumnya berasa asin karena berasal dari laut.
Kondisi ini biasanya terjadi saat pasang naik air laut, terutama pada periode bulan purnama atau pasang maksimum.
Meski begitu, intensitas hujan yang tinggi dapat memperparah genangan air laut di daratan.
Wilayah yang rawan terendam banjir rob meliputi pesisir rendah, pelabuhan, tambak, permukiman pantai, serta kawasan muara sungai.
Ada sejumlah faktor yang memicu banjir rob, di antaranya pasang laut akibat pengaruh gravitasi bulan dan matahari.
Baca juga: Banjir Rob Melanda Desa Kubu Kotawaringin Barat Kalteng, Begini Penjelasan BMKG
Baca juga: Bulan Purnama Tingkatkan Potensi Banjir Rob, BMKG Ingatkan Masyarakat Pesisir Laut Kalteng Waspada
Termasuk juga penurunan muka tanah karena eksploitasi air tanah, kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global, serta rusaknya ekosistem pantai seperti mangrove dan tanggul.
Dampaknya tidak bisa dianggap sepele, mulai dari kerusakan infrastruktur, terganggunya akses transportasi, rusaknya tambak, hingga turunnya kualitas air tanah dan aktivitas ekonomi masyarakat pesisir.
"Dengan adanya peringatan ini, kami (BPBD, red) berharap warga pesisir dapat lebih waspada dan mengambil langkah antisipasi sejak dini agar dampak banjir rob bisa ditekan sekecil mungkin," tandadnya.
Berantas Narkotika di Kotim, Ini Gebrakan Nyata Kepala BNNK dalam Sebulan Pertama |
![]() |
---|
Serah Terima ke BNNK Kotim, AKBP Muhammad Fadli Resmi Pimpin Lembaga Anti Narkoba |
![]() |
---|
Ketua DPRD Kotim Dorong Sekolah Rakyat Jadi Model Pemerataan Pendidikan |
![]() |
---|
Kepala DPMD Kotim Tanggapi Tuntutan Mundur Kades Bapinang Hilir Laut, Ingatkan Ada Mekanisme Hukum |
![]() |
---|
Hari Pertama Sekolah Rakyat di Kotim, Siswa Antusias Masuk Asrama dan Ikuti MPLS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.