Viral Perjuangan Guru di Sampit Kalteng

Honor Rp500 Ribu, Ongkos Perahu Rp300 Ribu, Dita: Guru Bukan Semata Profesi tapi Panggilan Hati

Kisah Guru Dita, viral ketika postingan video perjuangan guru di SDN 6 Mentaya Seberang, Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur Kalteng.

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Haryanto
Tangkapan Layar Akun Tiktok/@mikasaacrkman
KOLASE Guru Dita atau Rabiyatul Dwi Andita, viral ketika postingan video perjuangan guru di SDN 6 Mentaya Seberang, Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng).  

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Bagi Rabiyatul Dwi Andita, akrab disapa Dita, menjadi guru bukan hanya profesi, tetapi panggilan hati. 

Kisah Guru Dita, viral ketika postingan video perjuangan guru di SDN 6 Mentaya Seberang, Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Kalteng). 

Video tersebut menampilkan sembilan guru, termasuk kepala sekolah, dimana dua orang di antaranya sedang hamil muda tetapi tetap menjalankan tugas mengajar.

Para guru duduk di antara kursi papan di perahu sambal menutupi tubuhnya dengan paying karena hujan.

Guru Dita bercerita, setiap hari dalam sepakan, Senin hingga Sabtu para guru naik perahu untuk menuju sekolah.

Baca juga: VIRAL Video Guru di Kalteng Terjang Hujan Ngajar Pakai Perahu, Kisah Haru di Baliknya Ada yang Hamil

Rutenya memerlukan waktu sekira 30 menit.

Sekira 20 menit naik perahu, dan sisanya berjalan kaki menuju sekolah.

Transportasi menuju sekolah tak gratis sekira Rp300 ribuan per bulan.

Sedangkan, honor yang diterimanya sebagai guru honorer Rp500 ribu.

Setelah dipotong kebutuhan dan transportasi, gaji bersih yang diterima sekira Rp200 ribu per bulan.

Ia tak ingin mengeluh. Faktanya, profesi itu sudah dijalaninya dua tahunan.

Guru Dita merasa keberadaannya di pedalaman bukan sekedar mengajar, melainkan juga menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi bagi anak-anak serta masyarakat sekitar.

“Alasan saya pribadi menjadi guru itu untuk menjadi teladan dan inspirasi". 

"Melihat anak-anak belajar dan mampu memahami apa yang kita ajarkan, rasanya campur aduk antara bangga, haru, dan senang," ujar Guru Dita kepada TribunKalteng.com, Rabu (20/8/2025). 

Guru Dita mengakui masih kuliah S1 jurusan PGSD semester III saat menjalani profesi mengajar.

Meski demikian, ia mengaku ijazah kuliahnya belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk mendaftar posisi formal sebagai guru.

Setiap hari, Guru Dita berangkat pukul 06.00 WIB dan tiba di sekolah pukul 07.00 WIB. 

Waktu pulang bergantung pada kelas yang diajar, kelas rendah pukul 12.00 WIB dan kelas tinggi sekitar pukul 13.00 WIB. 

"Semua guru selalu pulang bersama karena harus menunggu seluruh jadwal mengajar selesai," bebernya.

Dirinya berharap kesejahteraan guru honorer, khususnya yang bertugas di pedalaman, mendapat perhatian lebih dari pemerintah. 

Ia juga bertekad terus mendampingi anak-anak agar memiliki masa depan yang lebih cerah.

“Kita sebagai guru adalah akar dari generasi bangsa. Bagaimana mungkin pohon bisa berdiri kokoh tanpa akar? Jadi jangan menyerah untuk mencerdaskan anak-anak bangsa,” tegas Dita. 

Baginya, kebahagiaan seorang guru sejati adalah ketika melihat murid-muridnya berhasil meraih mimpi mereka, meski harus menembus hujan dan menyeberangi sungai setiap hari demi pendidikan anak-anak pedalaman. 

Sebagai guru, ia berpendapat semua anak berhak belajar, apalagi para muridnya yang tinggal jauh di pelosok. 

Sejak dua tahun mengabdi, Dita merasakan suka duka yang luar biasa. 

Ia bahagia melihat semangat belajar anak-anak yang tinggi meski penuh keterbatasan. 

Namun, tantangan besar juga selalu mengintai, mulai dari keterbatasan fasilitas hingga akses yang sulit.

“Keterbatasan fasilitas, akses yang sulit, serta gaji yang sangat kecil memang jadi tantangan tersendiri". 

"Kadang harus lebih sabar dan kreatif. Tapi semua itu terbayar dengan senyuman anak-anak dan dukungan masyarakat sekitar,” tuturnya.

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved