Berita Palangkaraya

Bagaimana Kesehatan Mental Remaja Pengaruhi Perilaku? Ini Kata Akademisi Psikologi IAKN Palangkaraya

Kasus pembunuhan seorang ustadzah di Palangkaraya oleh santrinya menggegerkan merupakan anak di bawah umur, bagaimana pandangan psikologi

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
ISTIMEWA
Akademisi IAKN Palangkaraya Jeffry S Supari menyebut kesehatan mental anak remaja perlu perhatian dari orang dewasa agar tak menjadi pemicu perbuatan nekat, Sabtu (18/5/2024). 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Masa remaja disebut-sebut sebagai masa yang berapi-api. Dikatakan begitu karena tak jarang remaja melakukan perbuatan nekat yang tidak mempertimbangkan dampak buruk pada dirinya atau orang lain.

Remaja juga masih memiliki perasaan yang sensitif jika memendam rasa sakit hati, dan tak ada wadah untuk bercerita atau meluapkan perasaannya bisa berpengaruh pada kesehatan mental hingga jadi pemicu tindakan nekat yang di luar nalar orang dewasa.

Baru-baru ini warga Palangkaraya dibuat prihatin dan geleng-geleng kepala, karena berita seorang santri nekat menusuk ustadzahnya di Pondok Pesantren yang berada di Jalan Danau Rengas, Palangkaraya, Selasa (14/5/2024).

Santri itu punya dendam lama karena pernah dijemur ustadzahnya sebagai hukuman karena melakukan pelanggaran pada 2023 lalu.

Diberitakan sebelumnya, santri berinisial FA (13) secara brutal menusuk korban yang notabenenya adalah gurunya sendiri.

Tak hanya satu kali, ia menusuk hingga sembilan kali yang menyebabkan ustadzah berinisial STN (35) itu tewas karena pendarahan hebat.

Kejadian tersebut membuat kesehatan mental pelaku yang masih remaja itu dipertanyakan. Karena baik hukuman maupun pelanggaran yang dilakukan masih dinilai hal yang wajar untuk seorang remaja 13 tahun.

Menurut Akademisi Psikologi di Institut Agama Kristen Negeri atau IAKN Palangkaraya, Jeffry S Supardi permasalahan kesehatan mental, kemudian bisa mempengaruhi tindakan yang diambil oleh remaja.

"Sebagai orang dewasa kita perlu mendengarkan keluh kesah anak," kata Jeffry.

Meski kesehatan mental berpengaruh pada kenakalan remaja tapi hal itu tak melulu menjadi pemicu tindakan nekat seperti membunuh misalnya.

Selain faktor internal dalam diri anak remaja ada juga faktor eksternal seperti teman, lingkungan, dan game yang mengandung kekerasan juga dapat mempengaruhi tindakan nekat yang dilakukan oleh seorang remaja.

"Perasaan sakit hati yang dipendam itu bisa berpengaruh pada kesehatan mental, tapi kalau untuk tindakan nekat itu bergantung pada orangnya dan lingkungannya. Apakah dia bercerita dengan teman-temannya, lalu jika lingkungannya membenarkan apa yang dilakukan, dia akan berani melakukannya," jelas Jeffry.

Jeffry menjelaskan, seorang remaja perlu peran orang tua untuk memahami perasaannya atau setidaknya bisa mengontrol bagaimana lingkungan pertemanannya.

"Idealnya memang orang tua bisa berdiskusi dengan anaknya tentang permasalahan yang dialaminya," lanjutnya.

Apalagi saat ini zaman telah berubah dan tidak semua orang tua bisa mengikuti perkembangan zaman dan bisa menyesuaikan dengan proses yang dialami anaknya.

Sumber: Tribun Kalteng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved