Pondok Konservasi Hutan Jerumbun Kobar

Pengelola FNPF Konservasi Jerumbun, Ternyata Dulunya Juga Sempat Terlibat Dalam Perusakan Hutan

Jerumbun satu di antara lokasi konservasi yang dikelola oleh lembaga non-pemerintah Friends of National Park Foundation (FNPF) sejak 2013.

|
Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM/AHMAD SUPRIANDI
Hendri, satu di antara Pengelola FNPF sedang menyiapkan bibit yang akan di tanam oleh relawan konservasi di Jerumbun, Jumat (23/2/2024). 

Pria asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) itu menceritakan mengenal tambang sejak masih di bangku Sekolah Dasar (SD).

"Saya sejak kelas 5 SD sudah ikut menambang emas," ucap Hendri.

Lokasi tambang ilegal selalu berpindah-pindah guna menghindari kejaran aparat kepolisian. Bertahun-tahun Hendri bergulat dengan tambang ilegal hingga sekira tahun 2007 ia menjadi bagian dari perusak hutan di Jerumbun.

Hendri yang kala itu berdomisili di Sekonyer, Kumai, Kotawaringin Barat sempat bekerja di tambang ilegal di Jerumbun dan sekitarnya. Saat Jerumbun pertama kali di beli oleh sekelompok orang dari FNPF Hendri sudah tak lagi menambang di lokasi itu, namun di Jerumbun luka yang ditinggalkan Hendri dan rekannya sesama penembang emas masih membekas di Jerumbun hingga saat ini.

Hendri terus merusak hutan melalui aktivitasnya sebagai penambang emas ilegal hingga akhir tahun 2012 kegiatan FNPF merestorasi hutan di Jerumbun menyadarkan Hendri bahkan kini menjadi bagian dari usaha untuk memperbaiki dan menjaga Jerumbun dari ancaman yang dihadapinya.

Baca juga: Menteri Siti Nurbaya soal Luasan Hutan di Kalteng: jika Perda Belum Berubah, maka Masih Sama

Meski tergabung di FNPF yang memiliki visi menghijaukan kembali hutan yang telah rusak bagi Hendri apa yang dilakukannya saat ini layaknya penebusan dosa atas apa yang telah dilakukannya di masa lalu.

"Sekarang malah lebih nyaman saya bekerja, selain suasana di hutan lebih tenang saya juga tidak perlu melakukan pekerjaan yang ilegal," kata Hendri.

Kini keseharian Hendri dilalui dengan aktivitas yang bertujuan untuk menjaga konservasi di Jerumbun, menyemai bibit pohon, menanam pohon, serta berpatroli untuk mencegah pembalakan liar dan kebakaran hutan.

"Kalau tidak ada jadwal relawan menanam pohon biasanya saya merawat pohon-pohon yang baru ditanam," ungkap Hendri.

Koordinator Reforestasi FNPF, Basuki mengatakan, di FNPF khususnya staf di Jerumbun memang ada beberapa yang memiliki masa lalu bertolak belakang dengan tujuan FNPF termasuk Basuki sendiri.

Ia mengakui lebih parah merusak hutan jika dibandingkan dengan Hendri yang hanya menggali tambang emas dan luasnya hanya sekira 10 hektare saja.

Sekira tahun 2000'an di Kalimantan Timur (Kaltim) Basuki pernah bekerja di industri kayu yang memiliki izin sehingga membuatnya terlibat pembukaan hutan ratusan bahkan bisa jadi ribuan hektare.

"Karena dulu pekerjaan saya legal jadi lebih leluasa terlibat menebang dan merusak hutan," tutur Basuki.

Basuki pertama kali mengetahui tentang FNPF sekira tahun 2004 saat menjadi relawan konservasi di lokasi konservasi bernama Pesalat yang berada tak jauh dari Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), akan tetapi waktu itu ia belum resmi bergabung dengan FNPF.

"Saya baru bergabung dengan FNPF sekira tahun 2008," jelas Basuki.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved