Berita Kotim

4 Tahun Siswa dan Guru SMPN 3 Sampit Berjuang Jalani Proses Belajar dengan Gangguan Bau Sampah

Guru dan siwa SMPN 3 Sampit sudah empat tahun terakhir berjuang menjalani proses belajar sambil menghidup bau sampah yang mengganggu konsentrasi

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Ahmad Supriandi
Kondisi depo sampah di dekat SMPN 3 Sampit terlihat sampah yang menumpuk, Senin (15/1/2024). 

Kepala DLH Kotim Machmoer sebelumnya, mengatakan pembangunan depo sampah tersebut sudah melalui kajian dan sudah dilakukan sosialisasi kepada pihak sekolah dan warga sekitar.

"2007 sudah dilakukan pendekatan dan sosialisasi pihak sekolah dan masyarakat tidak keberatan jika dibangun depo sampah di situ," ujar Machmoer pada awak media Selasa (9/1/2024).

Machmoer melanjutkan, DLH Kotim berencana menutup celah udara di depo sampah tersebut dan membangun blower untuk mengeluarkan bau tak sedap ke udara. Belum diketahui kapan rencana ini akan dilaksanakan.

"Nanti akan kita bangun blower yang mengarah ke atas sehingga baunya akan menguap ke udara," terang Machmoer.

Menanggapi rencana DLH Kotim tersebut Khadijah mengatakan, meskipun dibuat blower untuk mengarahkan bau ke atas, bau dari sampah tersebut masih mungkin tercium.

"Kalau diarahkan ke atas baunya masih keluar, kecuali dipastikan tidak ada penumpukan sampah waktu jam sekolah mungkin baunya akan berkurang," kata Khadijah.

Khadijah mengaku, tak mengetahui tentang sosialisasi yang dikatakan Kepala DLH, ia bertugas menjadi Kepsek SMPN 3 Sampit sejak 2018 dan tidak pernah ada undangan resmi membahas depo sampah tersebut.

Mengetahui akan dibangun depo sampah ia dengan tegas menolak, namun depo sampah tersebut tetap dibangun.

Lanjut Khadijah, 2019 DLH Kotim memastikan tidak akan ada penumpukan di depo sampah, selain itu setelah sampah di angkut depo sampah juga diberikan pengharum sehingga tidak ada bau yang tersisa.

Namun hal tersebut hanya berjalan beberapa bulan, hingga saat ini bau dari dempo sampah tersebut masih tercium bahkan lebih parah saat hujan dan banjir.

Prestasi SMPN 3 Sampit yang mendapat penghargaan adiwiyata tingkat nasional terasa percuma.

Ironis mengingat adiwiyata adalah penghargaan di bidang lingkungan, namun harus mencium bau tak sedap yang membuat lingkungan sekolah menjadi tak nyaman.

Bau tak sedap tersebut diakui Khadijah sangat mempengaruhi konsentrasi belajar murid-muridnya.

Guru-guru pun mengeluhkan kondisi belajar yang tak nyaman.

Beruntung hingga saat ini minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 3 Sampit belum berkurang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved