Berita Kotim

Objek Wisata Kotim, Tersimpan Fosil Ikan Paus Biru Panjang 25 Meter di Lantai 2 Museum Kayu Sampit

Wisata Kotim. Banyak lokasi wisata yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah salah satunya museum kayu sampit.

|
Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Fathurahman
Tribunkalteng.com / Ahmad Supriandi
Wisata Kotim. Lokasi museum kayu sampit banyak memamerkan peninggalan sejarah kota sampit yang berjaya dengan produksi kayu, Selasa (12/12/2023). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Wisata Kotim. Banyak lokasi wisata yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah salah satunya museum kayu sampit.

Bangunan museum kayu sampit, tidak kalah menarik dengan yang ada di Kota besar lainnya, karena sejak dulu Kotim dikenal banyak memiliki potensi kayu sehingga banyak menarik warga untuk datang.

Selain museum kayu sampit, Kabupaten Kotim juga banyak wisata lainnya seperti  wisata alam, kuliner dan budaya yang bisa dikunjungi warga.

Museum Kayu Sampit merupakan satu diantara objek wisata budaya dan sejarah yang terkenal di Kota Sampit bahkan ada turis mancanegara yang berkunjung ke sini.

Museum tersebut diresmikan Bupati Kotim, Wahyudi K Anwar pada 6 Oktober 2024 berada di Jl Jend S Parman, Mentawa Baru Hulu, MB Ketapang, Sampit.

Baca juga: Wisata Kotim, Lokasi Terowongan Nur Mentaya Sampit, Dijadikan Target Untuk Spot Foto Pengunjung

Baca juga: Wisata Kalteng, Rumah Oleh-oleh Istana Jelawat Sering Jadi Tempat Belanja Wisatawan di Sampit

Baca juga: Pemenang Duta Wisata Indonesia 2023, Rebeka Putri Ingin Berkontribusi Majukan Pariwisata di Kalteng

Pengunjung dapat melihat peninggalan sejarah Kota Sampit yang kala itu berjaya dengan produksi kayunya.

Perusahaan yang terkenal saat itu adalah PT Inhutani Sampit yang beroperasi sekira tahun 1980-an yang sebelumnya merupaka perusahaan asal Belanda bernama Bruynzeel.

Masih ada alat-alat yang digunakan oleh perusahaan saat itu seperti bandsaw yang digunakan untuk memotong kayu dan loko alat transportasi untuk mengangkut kayu mirip seperti kereta.

Museum Kayu Sampit juga menyimpan relief perjuangan rakyat Mentaya Hulu Selatan yang kala itu lebih dikenal dengan sebutan Samuda.

Peristiwa tersebut dikenang sebagai peristiwa pengibaran bendera merah putih pertama di Samuda pada 29 November 1945 oleh HM Bhidawi dan kawan-kawan, saat ini juga digunakan sebagai nama stadion di Kota Sampit.

Pemandu Museum Kayu Sampit, Agustina mengatakan relief ini dipahat dari kayu jati oleh seniman asal Jepara tahun 2005.

"Baru mulai di pajang di Museum sekira tahun 2010-an," ungkap Agustina.

Hal menarik lainnya disini adalah fosil Ikan Paus Biru sepanjang 25 meter yang bisa dilihat pengunjung di lantai 2 museum kayu Sampit, Paus ini ditemukan terdampar di Pantai Ujung Pandaran dalam keaadaan masih hidup pada 23 September 2004.

Paus tersebut sempat dikembalikan lagi kelaut namun mati diduga karena sudah terlalu lama berada di tempat dangkal.

Oleh warga setempat daging dan kulitnya di ambil untuk dijadikan minyak atau obat gatal.

Selain itu di Museum Kayu ini juga terdapat pahatan kayu yang merupakan seniman asli Sampit bernama H Haitami, Emban, Bakri, dan Ipul.

Patung ini di pesan khusus oleh Bupati Kotim saat itu, Didik Salmijardi yang menceritakan tentang kearifan lokal suku dayak dan alamnya.

Patung terdiri dari patung ikan jelawat yang melambangkan kekayaan sungai di Sampit, menjangan atau rusa, dan gadis dayak yang melambangkan suku dayak.

Kemudian patung ini menjadi inspirasi wisata Patung Jelawat yang sampai saat ini menjadi ikon dari Kota Sampit.

Caca (14) pelajar yang berkunjung bersama tiga temannya mengaku bisa sambil belajar sambil mendapat foto bagus di sini.

"Mau lihat-lihat sekaligus foto-foto juga," kata Caca.

Caca tak salah memilih Museum Kayu Sampit sebagai tempat untuk berfoto, selain photoboth yang disediakan pengurus Museum Kayu pengunjung juga bisa berfoto dengan relief dan peninggalan sejarah Kota Sampit, hasilnya pun instagramable.

Belasan potongan kayu yang tersusun rapi memang terlihat bagus bila dijadikan latar belakang foto.

Ada ulin, meranti merah dan banyak lagi pohon kayu serta daun dan buahnya yang dipajang di sini.

Poin plus untuk Caca karena dia juga dapat menambah wawasan tentang sejarah Kota Sampit walau tak semuanya.

Museum Kayu Sampit memiliki visi melestarikan nilai-nilai luhur seni dan budaya serta memajukan kebudayaan dan peradaban masyarakat Kotim dan daerah lain.

Visi tersebut tergambarkan dengan kondisi Museum Kayu saat ini yang menunjukan banyak peninggalan sejarah Kota Sampit.

Agustina menambahkan sesekali di Museum Kayu Sampit akan diputar film tentang upacara adat seperti mandi anak, mandi sapar, dan memapas lewu.

Yang paling menarik pengunjung adalah memapas lewu yaitu ritual untuk membuang sial agar Kabupaten Kotim terhindar dari musibah.

"Kami juga akan menambahkan fasilitas home theater di lantai 2 nanti," ujar Agustina.

tghrth5y6uk
Bangunan museum kayu sampit, tidak kalah menarik dengan yang ada di Kota besar lainnya, karena sejak dulu Kotim dikenal banyak memiliki potensi kayu. (Tribunkalteng.com / Ahmad Supriandi)

Pengunjung yang datang ke Museum Kayu Sampit bisa melihat lebih banyak lagi peninggalan sejarah Kota Sampit dan peralatan yang saat ini sudah jarang digunakan seperti gilingan padi yang terbuat dari kayu dan alat penyaring air.

Agustina berharap pemerintah bisa lebih banyak memperhatikan museum kayu Sampit agar dirinya dan pengurus lain bisa membuat Museum lebih baik lagi sehingga pengunjung yang datang lebih banyak.

Untuk saat ini pengunjung yang datang dalam seminggu bisa mencapai 100 orang bahkan ada turis dari Jepang.

Pengunjung juga tidak dipungut biaya alias gratis untuk berwisata ke sini.

Museum Kayu Sampit buka Senin - Jumat pukul 09.00 WIB - 16.00 WIB.

"Untuk yang mau berkunjung saat weekend bisa menyampaikan surat kepada kami," tutup Agustina. (*)

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved