Berita Kotim

Habitat Rusak Akibat Karhutla, BKSDA Pos Jaga Sampit Sering Terima Laporan Satwa Masuk Permukiman

Karhutla di Kotim marak banyak laporan masuk satwa liar masuk ke kawasan permukiman masyarakat.

Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
ISTIMEWA
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah saat mengecek lokasi kemunculan buaya yang masuk ke kawasan perkebunan kelapa sawit. 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Kotim marak  laporan masuk satwa liar masuk ke kawasan permukiman masyarakat mnakin sering.

Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah menyampaikan dalam beberapa waktu belakangan ini pihaknya sering menerima laporan satwa liar masuk kawasan permukiman.

Menurut Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit, laporan tersebut meningkat seiring dengan maraknya kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla di Kotim yang merusak habitat alami dari para satwa liar. 

“Dengan maraknya Karhutla di Kotim tentu berdampak pada habitat satwa liar di Kotim. Banyak titik yang menjadi habitat satwa yang terbakar, sehingga mendesak mereka untuk mencari tempat lain yang lebih aman dan tak jarang nyasar ke ladang atau permukiman warga,” ungkapnya, Jumat (20/10/2023).

Baca juga: BMKG Palangkaraya Ungkap, Peta Potensi Karhutla Kalteng Hari Ini Rendah Dampak Hujan Turun Merata

Baca juga: Gempa Terkini Jumat 20 Oktober 2023 Malam, Magnitudo 2,6 Baru Saja Guncang Kulonprogo Yogyakarta

Baca juga: PT Astra Internasional Buka Lowongan Kerja Fresh Graduate, Tersedia 2 Posisi Hingga 1 Februari 2024

Dalam sebulan terakhir pihaknya telah menerima laporan satwa masuk ke permukiman warga di Kecamatan Cempaga, Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, dan Seranau.

Kebanyakan satwa yang dilaporkan adalah orangutan, bekantan, dan beruang.

Namun, biasanya satwa-satwa ini hanya sekedar lewat atau mencari tempat persembunyian, sehingga ketika petugas BKSDA melakukan observasi ke lokasi yang dlaporkan, satwa-satwa itu jarang yang bisa ditemukan.

Disamping karhutla yang marak terjadi sekarang, kondisi seperti ini terjadi hampir setiap tahun pada musim kemarau.

Pada dasarnya, satwa-satwa tersebut hanya mengikuti insting alaminya untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman, nyaman, dan tentunya ada sumber makanannya.

“Biasanya ini terjadi setiap tahun di musim kemarau, tapi ini ditambah lagi dengan dampak karhutla, sehingga satwa itu masuk ke ladang dan permukiman. Pada kondisi seperti ini konflik antara manusia dan satwa liar rawan terjadi,” ujarnya.

Sehubungan dengan maraknya satwa liar yang nyasar ke permukiman warga, ia mengimbau warga segera melapor ke aparat terdekat jika menemukan adanya satwa yang masuk ke lingkungannya, khususnya satwa liar yang dilindungi Undang-Undang.

Warga diminta untuk tidak mengambil tindakan main hakim sendiri, apalagi menyerang dan melukai satwa yang dilindungi karena bisa masuk dalam pelanggaran hukum dan berpotensi dipidana dan didenda. Disamping, juga berbahaya bagi keselamatan dari warga tersebut.

“Misalnya, ketika sedang di ladang lalu bertemu dengan beruang, segera menghindar untuk menghindari konflik dengan satwa tersebut dan melapor ke aparat setempat, bisa itu Polsek, Koramil, atua BKSDA langsung agar bisa segera ditangani,” pungkasnya. (*)


Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved