Kabar Dayak

Keistimewaan Dohong Dibanding Mandau, Senjata Tertua Suku Dayak Kalimantan Tengah

Dohong merupakan salah satu senjata tradisional khas Kalimantan Tengah. Lebih tua dari mandau.

Penulis: Nor Aina | Editor: Nia Kurniawan
YouTube TVRI Nasional
Dohong, senjata tertua suku Dayak Kalimantan Tengah yang ada sebelum Mandau. () 

TRIBUNKALTENG.COM - Dohong atau Duhung merupakan senjata tertua khas Suku Dayak Kalimantan Tengah yang sudah ada sebelum Mandau.

Menurut Haryanto dalam buku Musik Suku Dayak (Sebuah Catatan Perjalanan di Pedalaman Kalimantan) (2015), Dohong merupakan salah satu senjata tradisional khas Kalimantan Tengah.

Menurut kepercayaan masyarakat suku Dayak, dohong memiliki usia yang lebih tua dibanding mandau dan termasuk dalam salah satu benda pusaka.

Sebagai benda pusaka, Dohong tentunya memiliki nilai-nilai penting bagi suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng).

Baca juga: Asal Usul Karungut, Kesenian Suku Dayak Kalimantan Tengah Berupa Syair dan Mengandung Pesan Moral

Benda pusaka yang dinamakam Dohong ini, memang tidak populer senjata khas suku Dayak, yakni Mandau yang sudah dikenal di nusantara hingga mancanegara.

Senjata ini bentuknya sederhana dan terbuat dari berbagai jenis bahan berkualitas baik. Misalnya biji besi mentikei.

Masyarakat Dayak meyakini Dohong sudah tercipta ketika manusia belum ada di dunia.

Duhung merupakan senjata yang diciptakan oleh leluhur suku Dayak di alam atas, kayangan.

Manusia pertama yang memiliki duhung adalah mereka yang dipercaya sebagai leluhur suku Dayak.

Pada awalnya, hanya tiga orang yang memiliki duhung, yaitu Raja Sangen, Raja Sangiang, dan Raja Bunu.

Menurut legenda, ketiga raja tersebut memiliki duhung yang berbeda.

Duhung milik Raja Sangen dan Raja Sangiang terbuat dari besi yang bisa mengapung.

Sementara, duhung milik Raja Bunu terbuat dari besi yang tidak bisa mengapung.

Duhung jenis ini biasa disebut sanaman leteng.

Raja Bunu inilah yang diyakini sebagai manusia yang bernyawa dan bisa mati.

Dia juga diyakini sebagai salah satu leluhur dan nenek moyang suku Dayak.

Dulunya dohong sering digunakan untuk berburu dan bercocok tanam, namun kini senjata tersebut dijadikan benda pusaka dan pajangan saja.n

Sekilas, duhung terlihat seperti tombak.

Hanya saja, duhung tajam pada kedua belah sisinya.

Masyarakat Dayak biasa menyelipkan duhung di bagian depan pinggang.

Duhung jenis ini biasa disebut dengan duhung papan benteng.

Kegunaan Duhung

Senjata ini bentuknya hampir seperti tombak. Panjangnya kira-kira 50 hingga 75 sentimeter.

Dulunya, Dohong digunakan sebagai alat berburu atau bercocok tanam.

Seiring berkembangnya zaman, saat ini Duhung tidak lagi berfungsi sebagai senjata, melainkan benda pusaka yang dipajang atau disimpan. (*)

(Tribunkalteng.com/Nor Aina)

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved