Kabar Dayak
Ciri Ritual Balian Balaku Untung, Upacara Memohon Berkah Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah
Balian Balaku Untung merupakan salah satu bagian dari kebudayaan orang Dayak Ngaju yang menganut Kaharingan.
Penulis: Nor Aina | Editor: Nia Kurniawan
TRIBUNKALTENG.COM - Berikut ciri khas ritual Balian Balaku Untung khas suku Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng).
Upacara Balian Balaku Untung merupakan salah satu bagian dari kebudayaan orang Dayak Ngaju yang menganut Kaharingan.
Tepatnya ritual ini juga dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Ngaju di Desa Tumbang Kuayan, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Berasal dari bahasa Dayak Ngaju, Balian merujuk pada nama kegiatan atau upacara.
Sementara balaku berarti memohon atau meminta keuntungan atau keberkahan, hingga keselamatan.
Secara umum, Ritual Balian Balaku Untung pada dasarnya upacara untuk memohon berkah, keberuntungan dan keselamatan.
Ritual ini ditujukan kepada Ranying Hatalla Langit (Yang Maha Kuasa) melalui penyelenggaraan balian.
Upacara Balian Balaku Untung diselenggarakan dengan tujuan memohon dan meminta rezeki kepada Ranying Hatalla Langit dari perantaraan para dewa.
Melansir melalui laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia, ritual ini dapat diselenggarakan di saat-saat, seperti:
1) Setelah upacara Tiwah, yaitu upacara penyempurnaan dalam tradisi kematian penganut Kaharingan untuk mengantarkan roh orang yang telah meninggal ke surga
2) Setelah upacara perkawinan untuk memohon agar kedua mempelai selalu hidup rukun dan bahagia
3) Mubah tipeng mamanjang umur atawa mubah aran awi santar pahaban (permohonan panjang umur atau perubahan nama karena sering sakit)
4) Mambuhui manuntung tahaseng ije metoh haban paham (meminta tambahan nyawa bagi orang yang sedang sakit keras).
Selain tujuan, upacara Balian Balaku Untung ini juga memiliki ciri khas tersediri.
Dimana Ritual Balian Balaku Untung ini dilaksanakan oleh 5 sampai 9 orang.
Upacara Balian Balaku Untung juga dipimpin oleh seorang basir atau dukun.
Kegiatan upacara biasanya dilaksanakan selama 4 hari 3 malam.
Dimulai pada tanggal-tanggal muda dan ganjil, atau berakhir pada tanggal tua dan genap.
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa rezeki yang diperoleh nantinya akan semakin besar dan diterima secara genap atau utuh. (*)
(Tribunkalteng.com/Nor Aina)
Profil Panglima Jilah Pimpinan Pasukan Merah Dayak yang Mengecam Insiden Tewasnya Warga di Seruyan |
![]() |
---|
Ciri Khas Upacara Ngadatu, Ritual Orang Meninggal Dunia yang Tak Wajar di Masyarakat Dayak Kalteng |
![]() |
---|
Tradisi Hambai Angkat Khas Dayak Kalteng, Upacara Mengesahkan Anak Angkat Menjadi Kandung |
![]() |
---|
Syarat Upacara Manawur Sahut, Ritual Meminta Keselamatan Bagi Masyarakat Dayak Ngaju Kalteng |
![]() |
---|
Ritual Tantulak Ambun Rutas Matei, Proses Kematian Suku Dayak Kalteng Bersifat Sementara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.