Berita Palangkaraya

Penyakit Hewan LSD Nihil di Palangkaraya, UPTD RPH Diimbau Berkoordinasi Datangkan Sapi Luar

Palangkaraya masih nihil dari Penyakit hewan Lumpy Skin Disease atau LSD. Meskipun, penyakit tersebut menjangkit di beberapa daerah di pulau Jawa.

Penulis: Lidia Wati | Editor: Fathurahman
Tribunkalteng.com/ Ghorby Sugianto
Ternak sapi masyarakat saat dijajakan saat momentum Idul Adha beberapa waktu lalu di Palangkaraya. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA –Palangkaraya masih nihil dari Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). Meskipun, penyakit tersebut telah menjangkit beberapa daerah di pulau Jawa.

Penyakit Lumpy Skin Disease muncul dan meresahkan warga setelah penyakit mulut dan kuku beberapa waktu lalu telah hilang.

Informasi dari pejabat berwenang, penyakit Lumpy Skin Disease  atau LSD masih nihil di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng).

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Rumah Potong Hewan atau UPTD RPH, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangkaraya, drh Ganjar Priyatno mengatakan, pihaknya mengantisipasi agar virus tersebut tidak meluas hingga Kalteng.

Baca juga: Setelah Penyakit Mulut dan Kuku Serang Ternak, Kini LSD Hambat Pasokan Daging Sapi di Palangkaraya

Baca juga: Imbas Kenaikan BBM di Kotim, Harga Daging Sapi di Sampit Melonjak Stok Daging Beku Kosong

Baca juga: Cegah Penularan PMK, Syarat Distribusi Hewan Diperketat Masih Ditemukan Sapi Tanpa Dokumen Lengkap

Upaya dilakukan adalah berkoordinasi dengan para peternak, mengimbau agar selalu berkoordinasi jika mendatangkan sapi dari daerah, sehingga dapat dilakukan pemantauan secara berkelanjutan.

Selain itu menurutnya upaya pemerintah dengan memberlakukan karantina yang ketat terhadap hewan ternak yang hendak dikirim adalah langkah yang tepat, karena hewan ternak divaksin dan diobservasi dalam karantina.

“ Kami menghimbau kepada peternak memasukkan sapi harus sepengetahuan kami, berkoordinasi dengan Puskeswan agar LSD tidak menular di Kalteng khususnya di Palangkaraya,” ujarnya, Kamis (19/1/2023).

Menurutnya, virus pada ternak langkah efektifnya untuk melakukan tindak lanjut adalah melakukan vaksinasi kepada hewan ternak.

Dijelaskan hingga saat ini, Kota Palangkaraya belum adanya laporan mengenai LSD yang menyerang hewan ternak masyarakat.

LSD menginfeksi hewan ternak, umumnya sapi dan kerbau, melalui gigitan serangga penghisap darah seperti nyamuk, lalat, dan caplak.

Tak seperti PMK yang telah berulang kali mewabah di Indonesia, LSD baru pertama kali ditemukan di Indonesia pada Februari 2022, tepatnya di Provinsi Riau.

LSD sendiri semula dianggap sebagai penyakit Afrika karena hanya ditemukan di benua tersebut sejak 1929. Namun, LSD mulai terkonfirmasi di luar Afrika seperti di Mesir pada 1989. Hingga 2019, penyakit ternak tersebut meluas hingga ke Benua Asia.

Mengacu data Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS), telah ditemukan 11.474 kasus LSD di enam provinsi di Indonesia pada 18 November 2022. Di Jawa Tengah sendiri, per 9 Januari 2023 sudah ada 19 Kabupaten/Kota yang terkonfirmasi positif LSD.

Wabah LSD mirip dengan PMK, yakni bisa mengakibatkan kematian pada hewan ternak yang terinfeksi. LSD juga berpengaruh terhadap kesuburan hewan.

Seperti sapi misalnya, rentan terhadap gangguan reproduksi seperti infertilitas sementara bahkan permanen. Sapi betina yang tengah bunting juga rentan keguguran bila terjangkit LSD. 

LSD berpotensi pula menyebabkan berat badan sapi turun dan kerusakan kulit akibat benjolan yang pecah. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved