Berita Kotim
Harga Telur Ayam di Pasar Tradisional Sampit Naik, Akibat Pasokan Terbatas & Pengaruh Bansos
Harga Telur Ayam di Pasar Tradisional Sampit Naik, kenaikan harga tersebut dinilai pedagang sudah biasa karena dampak bantuan sosial pemerintah.
Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Harga jual telur ayam di Pasar Tradisional Sampit naik, sudah dalam sepekan tarakhir mengalami penjualan telur ayam ras mengalami kenaikkan.
Informasi terkini menyebutkan, selisih harganya saat ini mencapai Rp 10 ribu dibanding dengan harga sebelumnya atau harga normal.
Sejumlah pedagang telur menyebutkan kenaikan harga ini dipicu adanya pembagian bantuan sosial (bansos) dari pemerintah membuat daya beli masyarakat meningkat.
Sedangkan, pasokan telur ayam terbatas, maka cara untuk mengimbangi peningkatan permintaan masyarakat ialah dengan menaikkan harga.
Baca juga: Satpol PP Kotim Tegakkan Perda, Bangunan Memakai Ruang Milik Jalan Ditertibkan
Baca juga: Pemko Palangkaraya Awasi Limbah Medis B3, DLH Sosialisasikan Persyaratan Pengelolaan Limbah
Baca juga: Kuota Solar Subsidi Kotim Dievaluasi, PT Pertamina Kalteng Sambut Baik Rekomendasi DPRD Kotim
“Karena ada pembagian bansos ke masyarakat, jadi yang biasanya tidak belanja telur ke pasar jadinya memilih belanja. Sudah biasa seperti itu,” kata Haji Mansyur, salah seorang pedagang telur di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) di Kota Sampit, Sabtu (27/8/2022).
Dari penuturannya, kenaikan harga telur selama masa pembagian bansos ini sudah biasa terjadi. Tapi bukan berarti pedagang lokal seenaknya menaikkan harga, melainkan atas komando dari persatuan pengusaha telur di Jakarta.
Persatuan pengusaha telur inilah yang mengatur penetapan harga di hampir seluruh wilayah Indonesia, agar harganya stabil atau sama, namun disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing.
Namun, dengan adanya bansos permintaan akan telur ayam meningkat, sementara suplainya kurang sehingga otomatis harganya dinaikkan.
“Biasanya setelah momentum pembagian bansos selesai harga akan kembali normal. Tidak bertahan lama, sekitar 2 minggu atau paling lama 1 bulan. Tapi kalau ada bansos ya naik lagi, begitu terus,” jelasnya.
Adapun untuk kisaran harga telur ayam ras saat ini antara lain untuk ukuran kecil diharga Rp 61 per sap, ukuran sedang Rp 62 ribu per sap, dan ukuran jumbo Rp 64 ribu per sap.
Setiap sap berisi 30 butir telur. Sedangkan, harga normal untuk telur ukuran kecil diharga Rp 50 ribu per sap, ukuran sedang Rp 53 ribu, dan ukuran jumbo Rp 54 ribu per sap.
Kenaikan harga telur ini membuat omzet pedagang pun menurun, karena daya beli masyarakat yang berhasil ditekan. Mansyur mengaku jika sebelumnya ia bisa menjual hingga 100 ikat berisi 6 sap telur per minggu, kini paling banyak hanya dapat menjual 80 ikat saja.
“Jelas pengaruh sama pembelian konsumen. Omzet kami pun berkurang. Contohnya, dulu kalau seminggu bisa jual 100 ikat, sekarang paling hanya 80 ikat saja,” ujarnya.
Senada dituturkan pedagang telur lainnya, Firman, mengaku omzetnya menurun sejak harga telur dinaikkan dari agen. Jika sebelumnya ia bisa menjual 5 ikat telur sehari, sekarang paling hanya 3 ikat. Sementara, untuk kenaikan harga ini tidak langsung sekaligus, melainkan secara bertahap jadi kemungkinan turunnya pun akan bertahap.
“Bertahap naiknya, kemarin masih Rp 58 ribu per sap, sekarang sudah Rp 60 ribu untuk ukuran kecil,” imbuhnya.