Viral Siswa SMP di Palangkaraya Dianiaya

Penjelasan Dosen Psikolog IAKN Palangka Raya Faktor Tindakan Kekerasan Dilakukan Remaja

Faktor psikologis yang memengaruhi perilaku agresif remaja pada dasarnya multifaktor penjelasan dari Dosen Psikolog IAKN Palangka Raya

|
Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunmataram / http://www.ladbible.com
Ilustrasi, kekerasan siswa di Palangkaraya menuai pro kontra. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Baru-baru ini video kekerasan yang dilakukan seorang siswa SMP di Palangka Raya beredar di media sosial. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi remaja melakukan aksi tak terpuji itu. 

Faktor psikologis yang memengaruhi perilaku agresif remaja pada dasarnya multifaktor. Tidak hanya dikarenakan satu hal saja, tetapi bisa beberapa faktor yang saling terkait dan mempengaruhi terbentuknya perilaku tersebut. 

Secara garis besar hal-hal yang mungkin mempengaruhi di antaranya pengaruh teman sebaya, kesehatan mental, lingkungan keluarga hingga pengaruh media. 

Psikolog di Harapan Pribadi Psikologi, Kukuh Pribadi, menjelaskan remaja sering kali dipengaruhi oleh kelompok sebayanya. Tekanan untuk diterima atau dominasi dalam kelompok dapat mendorong perilaku agresif. 

"Masalah seperti depresi, kecemasan, atau gangguan pengendalian emosi, juga dapat meningkatkan risiko perilaku kekerasan," kata Kukuh, Kamis (27/2/2025). 

Kemudian, lanjut Kukuh, kurangnya pengawasan orang tua, pola asuh yang otoriter, atau adanya kekerasan dalam rumah tangga dapat membentuk perilaku agresif pada anak. 

Selain itu, Kukuh menerangkan, di tengah era moderen ini, paparan terhadap konten kekerasan di media, termasuk media sosial, dapat menurunkan sensitivitas terhadap kekerasan dan meningkatkan kemungkinan meniru perilaku kekerasan oleh remaja. 

"Untuk dampak psikologis pastinya juga berdampak bagi kedua belah pihak, meski sebagian tidak langsung terlihat," ujar Kukuh yang juga dosen Psikologi Kristen di IAKN Palangka Raya. 

Dia mengungkapkan, bagi korban kekerasan dapat menerima dampak berupa
Perasaan takut dan cemas. Korban bisa jadi sering merasa takut dan cemas, bahkan di tempat yang sebelumnya aman. 

Korban juga berpotensi sulit percaya orang lain akibat pengalaman buruk ini, termasuk teman atau keluarga. 

"Korban mungkin merasa sangat sedih, marah, atau bahkan menyalahkan diri sendiri," ucap Kukuh. 

Bukan hanya itu, korban kekerasan bisa jadi trauma hingga mengganggu pola tidur dan makannya, serta kehilangan rasa percaya diri karena merasa tidak berharga atau malu setelah kekerasan yang dialaminya. 

Korban kekerasan memang berpotensi mengalami efek negatif. Namun, pelaku juga bisa jadi menerima dampak dari perbuatannya. 

Pelaku, ujar Kukuh, bisa jadi dihantusi rasa bersalah. Meski tidak selalu terlihat, pelaku mungkin menyesal atas perbuatannya. 

Akibat rasa bersalah itu, pelaku akan merasa cemas tentang konsekuensi dari perbuatannya, seperti hukuman atau penolakan dari teman. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved