Berita Palangkaraya

Angka Melek Huruf di Kalteng Tinggi, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Justru Rendah

Angka Melek Huruf atau AMH di Kalteng tinggi namun sayangnya tidak sebanding dengan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang justru rendah

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Ahmad Supriandi
Yussy Marie, pegiat literasi di Palangka Raya dari Lembaga Lentera Bahijau. Ia prihatin dengan rendahnya literasi di Kalteng. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Angka Melek Huruf atau AMH di Kalimantan Tengah atau Kalteng 2023, menjadi satu di antara yang tertinggi di Indonesia. 

Sayangnya, angka itu berbanding terbalik dengan rendahnya Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) di tahun yang sama.

AMH menunjukan proporsi penduduk yang dapat membaca atau menulis huruf latin, arab, atau huruf lainnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat AMH penduduk usia 15 tahun di Kalimantan Tengah mencapai 99,03 persen.

Artinya, kurang dari satu persen penduduk di Bumi Tambun Bungai yang tak bisa baca tulis dan mayoritas dari penduduk yang berusia lebih dari 50 tahun. 

Sedangkan penduduk usia 15-49 tahun hampir 100 persen bisa membaca dan menulis.

Persentase yang nyaris sempurna itu menempatkan Provinsi Kalimantan Tengah di peringkat 8 nasional tak kalah jauh dengan Sulawesi Utara yang memiliki AMH tertinggi di Indonesia yakni 99,79 persen.

Meski AMH cukup tinggi, skor IPLM di Kalimantan Tengah pada 2023 tak begitu bagus yakni sebesar 66,68 poin dari skala 0-100 atau masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 69,42 poin.

Skor IPLM Kalimantan Tengah memang tak termasuk yang terendah di Indonesia. Namun, mengingat AMH yang cukup tinggi mestinya skor IPLM itu bisa lebih baik.

Menanggapi skor IPLM di Kalimantan Tengah itu, Yussy Marie, pegiat literasi di Palangka Raya dari Lembaga Lentera Bahijau, mengatakan rendahnya angka literasi bukan hanya menunjukan seseorang tidak suka membaca, tetapi juga kesulitan memahami dan menangkap informasi dari sesuatu yang dibaca.

Sebagai orang yang bergelut di dunia literasi, kondisi seperti ini tentu mengkhawatirkan bagi Yussy.

"Bayangkan saja, anak-anak sekarang ditanya soal pengetahuan dasar tidak tahu. Selain itu, minat belajar anak-anak juga menurun karena merasa tetap diluluskan oleh sekolahnya," kata Yussy, Senin (14/10/2024).

Yussy menceritakan pengalamannya ke desa-desa di Kalimantan Tengah dan bertemu dengan anak-anak usia sekolah. Hasilnya, ia mengetahui bahwa tak sedikit anak-anak yang tidak suka dengan kegiatan berpikir dan lebih senang kegiatan fisik.

Meskipun kegiatan fisik tak buruk, menurut Yussy akan lebih baik jika anak-anak juga memiliki kecerdasan berpikir.

Yussy berupaya,meningkatkan kemauan belajar dan sekolah anak-anak melalui Taman Baca Masyarakat (TBM) yang dikelolanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved