Berita Palangkaraya

Mempertahankan dan Lestarikan Pangan Lokal Dayak Lewat Pagelaran Budaya ‘Bakesah Lewu Itah’

Pagelaran seni budaya 'Bakesah Lewu Itah bertujuan melestarikan pangan lokal Kalimantan Tengah dengan mengajak muda-mudi kenalkan budaya sendiri

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Ahmad Supriandi
Para penari dari berbagai daerah di Kalteng itu tampil dalam pagelaran seni budaya 'Bakesah Lewu Itah' di Taman UPT Budaya, Jalan Tilung, Palangkaraya, Minggu (1/9/2024) malam. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Gerimis turun perlahan, membasahi Taman UPT Budaya di Tilung, Palangkaraya, Minggu, (1/9/2024) malam. Di atas panggung, cahaya lampu menerangi para penari yang bersiap untuk memulai pertunjukan.

Para penari berhiaskan bulu Burung Enggang dan manik-manik warna-warni mulai menari, gerakan anggun mereka mengikuti musik gong dan gendang khas Dayak.

Tarian demi tarian mengalir, masing-masing menceritakan adat dan budaya Dayak di Kalteng. 

Ada tarian ritual membuang sial, ucapan rasa syukur atas hasil berladang yang melimpah, ada juga tarian yang menggambarkan ritual kematian Kaharingan.

Para penari dari berbagai daerah di Kalteng itu tampil dalam pagelaran seni budaya 'Bakesah Lewu Itah', yang bertujuan melestarikan pangan lokal Kalimantan Tengah (Kalteng).

Kalteng memiliki kekayaan pangan lokal yang melimpah seperti padi, umbian-umbian, sagu, dan masih banyak lagi.

Namun, kekayaan budaya pangan lokal itu kini terancam dengan aktivitas industri yang kerap kali mengabaikan yang mengancam habitat pangan lokal yaitu hutan.

Tak hanya itu, sejak diberlakukannya aturan tetang larangan membakar, para petani lokal tak lagi berladang sehingga benih-benih pangan lokal perlahan berkurang.

Belum lagi ancaman lainnya seperti anak-anak muda yang mulai lupa jika Kalteng punya kekayaan pangan lokal yang mesti dilestarikan.

Melihat budaya pangan lokal Kalteng yang mulai terancam Justice, Peace, and Integrity of Creation atau JPIC Kalimantan bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Lembaga Dayak Voices, dan Komunitas Hitam Putih Borneo, mencoba menjaga budaya pangan lokal melalui pagelaran budaya Bakesah Lewu Itah.

Bakesah Lewu Itah adalah bahasa Dayak Ngaju yang berarti 'menceritakan kampung kita'.

Direktur JPIC Kalimantan, Sani Lake mengungkapkan, pagelaran budaya Bakesah Lewu Itah ini bertujuan untuk mengajak anak-anak muda khususnya dari suku Dayak agar menceritakan kekayaan pangan lokal di kampungnya.

"Anak-anak muda diajak bercerita tentang kampungnya, tentang berbagai jenis pangan lokal yang telah membentuk mereka sebagai masyarakat adat dengan segala budayanya sampai saat ini," kata Sani, Minggu (1/9/2024) malam.

Pangan lokal begitu penting bagi masyakat adat Dayak, bukan sekedar untuk mengisi perut saja, tetapi juga memberikan makanan sehat.

Pagelaran budaya Bakesah Lewu Itah ini sudah dilaksanakan sejak Maret 2024, anak-anak muda diajak menceritakan soal kekayaan pangan lokal di kampungnya melalui kompetisi menulis, videografi dan fotografi.

Baca juga: Kembali Digelar, Festival Marunting Batu Aji Upaya Promosikan dan Lestarikan Budaya Lokal

Baca juga: Pengunjung Banyak Belajar Sejarah dan Budaya Dayak Melalui Museum Balanga Palangkaraya

Sumber: Tribun Kalteng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved