Berita Kotim

4 Tahun Siswa dan Guru SMPN 3 Sampit Berjuang Jalani Proses Belajar dengan Gangguan Bau Sampah

Guru dan siwa SMPN 3 Sampit sudah empat tahun terakhir berjuang menjalani proses belajar sambil menghidup bau sampah yang mengganggu konsentrasi

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Ahmad Supriandi
Kondisi depo sampah di dekat SMPN 3 Sampit terlihat sampah yang menumpuk, Senin (15/1/2024). 

TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Guru dan siwa SMPN 3 Sampit sudah empat tahun terakhir, harus menjalani proses belajar mengajar sambil menghirup bau tak sedap.

Bau tersebut berasal dari depo sampah yang tidak jauh dari SMPN 3 Sampit, mungkin jaraknya hanya beberapa meter dari ruang kelas.

Kepala Sekolah SMPN 3 Sampit Siti Khadijah, sejak awal keberatan jika depo sampah tersebut dibangun berdekatan dengan sekolah.

Lokasi depo sampah tersebut di Jalan Christopel Mihing, Kelurahan Baamang Tengah, Kecamatan Baamang, Kotawaringin Timur (Kotim).

Khadijah berencana membangun lapangan untuk menunjang pembelajaran di bidang olahraga.

Namun niatnya tersebut urung terjadi karena pemerintah sudah merencanakan hal lain yaitu membangun depo sampah.

Pembangunan depo sampah ini dimulai pada 2018 dan mulai beroperasi pada 2019.

Meski pihak sekolah keberatan Pemkab melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), saat itu menjanjikan depo sampah tidak akan mengganggu proses belajar mengajar.

Khadijah keberatan bukan tanpa alasan, bukan hanya karena rencananya membangun lapangan namun Khadijah khawatir bau dari sampah yang menumpuk akan mengganggu murid-muridnya.

Baca juga: Pasca Perayaan Malam Tahun Baru di Sampit, Terowongan Nur Mentaya Masih Banyak Sampah

Baca juga: Berita Viral  Tak Ingin Bergabung Satu Rumah, Dua Anak Tega Buang Orangtua Kandung ke Tempat Sampah

"Waktu itu dari DLH mengatakan tidak akan ada penumpukan di depo sampah, pembangunannya sesuai prosedur jadi baunya tidak akan keluar," ujar Khadijah pada Tribunkalteng.com Senin (15/1/2024).

Kekhawatiran Khadijah, kini terbukti hingga saat ini murid dan guru di SMPN 3 Sampit selalu terganggu proses belajar mengajarnya, karena bau sampah yang menusuk dari depo sampah tersebut.

"Guru sering mengeluhkan proses belajar mengajar yang tidak nyaman, murid-murid pun sulit berkonsentrasi," kata Khadijah.

Khadijah masih ingat bagaimana murid-murid, yang kelasnya paling dekat dengan depo sampah tersebut berlarian keluar kelas karena tak tahan dengan bau yang berasal dari depo sampah tersebut.

"2019 pertama kali murid-murid keluar kelas mengeluh karena bau, saya langsung menyuruh penjaga sekolah untuk membeli masker," tutur Khadijah.

Walaupun menggunakan masker tak bisa dipungkiri suasana belajar akan lebih nyaman jika tidak ada bau yang mengganggu.

Kepala DLH Kotim Machmoer sebelumnya, mengatakan pembangunan depo sampah tersebut sudah melalui kajian dan sudah dilakukan sosialisasi kepada pihak sekolah dan warga sekitar.

"2007 sudah dilakukan pendekatan dan sosialisasi pihak sekolah dan masyarakat tidak keberatan jika dibangun depo sampah di situ," ujar Machmoer pada awak media Selasa (9/1/2024).

Machmoer melanjutkan, DLH Kotim berencana menutup celah udara di depo sampah tersebut dan membangun blower untuk mengeluarkan bau tak sedap ke udara. Belum diketahui kapan rencana ini akan dilaksanakan.

"Nanti akan kita bangun blower yang mengarah ke atas sehingga baunya akan menguap ke udara," terang Machmoer.

Menanggapi rencana DLH Kotim tersebut Khadijah mengatakan, meskipun dibuat blower untuk mengarahkan bau ke atas, bau dari sampah tersebut masih mungkin tercium.

"Kalau diarahkan ke atas baunya masih keluar, kecuali dipastikan tidak ada penumpukan sampah waktu jam sekolah mungkin baunya akan berkurang," kata Khadijah.

Khadijah mengaku, tak mengetahui tentang sosialisasi yang dikatakan Kepala DLH, ia bertugas menjadi Kepsek SMPN 3 Sampit sejak 2018 dan tidak pernah ada undangan resmi membahas depo sampah tersebut.

Mengetahui akan dibangun depo sampah ia dengan tegas menolak, namun depo sampah tersebut tetap dibangun.

Lanjut Khadijah, 2019 DLH Kotim memastikan tidak akan ada penumpukan di depo sampah, selain itu setelah sampah di angkut depo sampah juga diberikan pengharum sehingga tidak ada bau yang tersisa.

Namun hal tersebut hanya berjalan beberapa bulan, hingga saat ini bau dari dempo sampah tersebut masih tercium bahkan lebih parah saat hujan dan banjir.

Prestasi SMPN 3 Sampit yang mendapat penghargaan adiwiyata tingkat nasional terasa percuma.

Ironis mengingat adiwiyata adalah penghargaan di bidang lingkungan, namun harus mencium bau tak sedap yang membuat lingkungan sekolah menjadi tak nyaman.

Bau tak sedap tersebut diakui Khadijah sangat mempengaruhi konsentrasi belajar murid-muridnya.

Guru-guru pun mengeluhkan kondisi belajar yang tak nyaman.

Beruntung hingga saat ini minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 3 Sampit belum berkurang.

Meski begitu belum bisa dipastikan sampai kapan kondisi ini berlangsung, bisa saja beberapa tahun ke depan bau dari depo sampah tersebut begitu mengganggu, hingga membuat masyarakat tidak mau menyekolahkan anaknya di SMPN 3 Sampit karena khawatir kondisi udara yang tak sehat.

Baca juga: 165 Ton Sampah Usai Malam Tahun Baru di Palangkaraya, Didominasi Botol Minuman dan Sisa Makanan

Khadijah berharap pihak DLH Kotim bisa memperhatikan kondisi yang mereka alami.

Sampai sekarang dirinya masih menyayangkan keputusan membangun depo sampah di dekat sekolah.

Tidak sekali dua kali tamu Khadijah dari Provinsi dan pusat mengeluhkan bau sampah yang tercium saat berkunjung ke SMPN 3 Sampit.

Khadijah bukan tidak mendukung program DLH terkait pengelolaan sampah di Sampit, justru sebaliknya ia sangat mendukung program-program dari DLH terbukti penghargaan adiwiyata yang diraih SMPN 3 Sampit.

"Kami sangat mendukung program-program DLH, penghargaan adiwiyata yang kami terima juga membuat DLH Kotim diacungi jempol," terang Khadijah.

Ia hanya berharap pembangunan depo sampah di dekat sekolah dikaji ulang agar tak mengganggu konsentrasi belajar murid-muridnya.

"Semoga kondisi kami di sini juga diperhatikan dan keputusan membangun depo sampah dekat sekolah bisa dikaji ulang," tutup Khadijah. (*)

Sumber: Tribun Kalteng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved