Berita Palangkaraya

Kisah Penangkal Api Sucipto Sering Kena Prank, Awal Karir Jadi Pegawai Honorer Digaji Rp 150 Ribu

Kisah penangkal api atau komandan rescue DPKP Palangkaraya Sucipto suka duka sering kena frank hingga cuma digaji Rp 150 ribu perbulan awalnya

|
Penulis: Lidia Wati | Editor: Sri Mariati
Screenshoot Fb Tribunkalteng.com
Ketua komandan regu rescue atau Kasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan DPKP Palangkaraya Sucipto, jadi narsum Ruang Tamu Tribun Kalteng, Jumat (11/8/2023). 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Ketua komandan regu rescue atau Kasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan DPKP Palangkaraya Sucipto, memiliki segudang pengalaman saat menggeluti pekerjaannya sebagai petugas penangkal api di Kota Cantik.

Kisah suka duka dan atau pengalaman yang berkesan pun sering kali menghinggapi lelaki paruh baya ini. Dirinya bisa dikatakan jadi garda depan ketika ada terjadinya insiden apapun termasuk penanganan kebakaran dan evakuasi lainnya.

Bahkan lantaran karena pekerjaan tersebut, tak jarang warga ataupun orang iseng yang melaporkan terjadi sesuatu atau insiden, yang setelah ditelusuri atau didatangi ke lokasi tak terjadi apa-apa.

Menjadi kesatria biru atau anggota pemadaman kebakaran tentu tidaklah mudah. Pasalnya, banyak resiko yang harus dihadapi ketika menjadi pemadam kebakaran.

Hal itu dirinya ungkapkan saat menjadi narasumber di Ruang Tamu Tribun Kalteng Jumat (11/8/2033).

Baca juga: Sucipto Berikan Tips Agar Hewan Liar Tak Masuk ke Rumah saat Musim Hujan

“Dukanya mungkin ketika ada orang yang lapor terjadi insiden ternyata didatangi ke TKP tidak ada bahkan nomor kontak pelapor tak bisa dihubungi,” ujarnya sembari tersenyum.

"Jadi kalau berbicara tentang duka, duka itu sedikit bagi saya jadi dukanya adalah ketika mendapatkan informasi yang tidak benar dari masyarakat yang meminta bantuan," tambahnya.

Pengalaman lainnya adalah pernah dihubungi bahwa ada kecelakaan di di depan STIE dan pihaknya pun datang membawa ambulans ternyata tidak ada kejadian seperti itu, dan lagi-lagi di-prank bahasa gaulnya.

Selain itu waktu ada insiden Kebakaran di Palangkaraya yang tak mengenal waktu istirahat pun, dirinya langsung menuju ke kantor komando dan berkoordinasi dengan kawan-kawan lainnya.

"Duka yang lain itu pada saat kita enak-enaknya tidur, karena handphone saya itu selalu ada di samping saya dan selalu aktif, ketika ada kebakaran kita harus langsung berangkat tidak perduli kita sedang tidur atau lainnya," sebutnya.

Namun pekerjaa yang begitu berat, bagi Sucipto dirinya beruntung memiliki keluarganya, sudah mengerti tentang tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemadam kebakaran yang memiliki resiko tinggi.

Baca juga: Profil Kai Untung Alias Kai Penjelajah, Sang Legenda Relawan Pemadam Kebakaran Kalsel Meninggal

Baca juga: Kisah Sugeng 70 Tahun Uang RKM Rp 15 Juta dan 20 Tabung Gas Hilang Usai Kebakaran Flamboyan Bawah

"Sukanya adalah ketika bisa menolong apalagi jika kita bisa menyelamatkan tanpa terjadi apapun itu senangnya luar biasa," ujar Alumni SMAN 2 Palangkaraya tersebut.

Ia menuturkan dirinya bukan berkorban hanya dari segi waktu tetapi tetap ingin berkorban untuk orang banyak. Anak pertama dari 12 bersaudara tersebut sangat mencintai pekerjaannya saat ini karena dianggap mulia membantu orang tanpa pamrih.

Bahkan yang dianggap paling berkesan ketika bergelut di dunia pemadam kebakaran ini adalah ketika dulu tidak mengetahui bahwa kalimat, "mencegah lebih baik dari mengobati". sekarang sudah sangat jauh berbeda bahwa pemadam kebakaran itu sangat dibutuhkan.

"Jadi apa yang kita tanam sejak dulu terkait profesi ini sudah mengalir pada generasi mudah buktinya dengan adanya redkar," imbuhnya.

Ia mengatakan sangat senang ketika bertemu mereka yang masih muda dengan semangat mereka memakai baju APD, tetap berpesan kepada mereka untuk selalu menjaga keselamatan.

“Saya selalu ingatkan keselamatan diri dan orang lain, itu kuncinya,”ucapnya.

Bahkan dari insiden dalam pekerjaanyapun tak bisa terelakan, baru-baru inipun dirinya mengalami insiden yang mengharuskannya tak maksimal melakukan tugas di lapangan.

Sebab kakinya patah tertimpa kayu saat mengevaluasi pohon yang hampir tumbang. Walaupun sudah memakai alat pelindung diri atau APD yang standard an aman.

"Jadi kaki saya ini karena pohon yang berbentuk huruf S dahan ini sudah di bawah, waktu saya merobohkan pohon kepala sawit itu seharusnya tidak kena karena ada sepatu safety tetapi ia malah mengenai bagian atas sepatu yang lembek," ungkap Sucipto.

Atas insiden tersebut, dirinya hanya bisa menerima dengan lapang dada walaupun kemana-mana harus memakai tongkat, dan menganggap hal itu ujian dari Tuhan.

Baca juga: Kebakaran di Palangkaraya, Ditinggal Pergi Pemilik, Rumah Jalan Bangas Permai Hangus Terbakar

Riwayat singkat perjalanan karir dari Sucipto adalah merupakan SMAN 2 Palangka Raya, setelah lulus ia juga mengikuti mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), namun gagal berkali-kali.

Dirinya memiliki keingingna besar mengenakan pakaian dinas seperti pakaian TNI, Polri maupun pakaian anggota pemadam kebakaran (damkar).

Karena itulah pada tahun 1993-1998, dia mengabdikan dirinya untuk menjadi tenaga relawan damkar tanpa digaji.

Setelah bergelut menjadi tenaga relawan, akhirnya pada 1998 dia dimasukkan menjadi tenaga honorer dan mendapat gaji pertama sebesar Rp 150 ribu. (*)

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved