Berita Palangkaraya
Traumatik Korban Asusila Anak Tak Boleh Dianggap Enteng, Bisa Sebabkan Depresi Hingga Akhiri Hidup
Traumatik yang dialami korban kekerasan dan asusila terhadap anak tidak boleh dianggap enteng. bisa sebabkan depresi hingga percobaan akhiri hidup
Penulis: Lidia Wati | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Traumatik yang dialami korban kekerasan dan asusila terhadap anak tidak boleh dianggap enteng.
Karena dapat menyebabkan depresi hingga percobaan mengakhiri hidup oleh korban.
Kasi Tindak Lanjut UPT PPA, Dinas P3APPKB Provinsi Kalteng sekaligus seorang Psikolog, Rensi menceritakan korban yang pernah ditangani.
Dia menceritakan, korban tersebut mengalami traumatik namun tidak mendapat dukungan atau perhatian orang terdekatnya misalnya orang tua.
"Kami pernah menangani korban yang mengalami traumatik berat. Bahkan dia pernah melakukan percobaan mengakhiri hidup berulang-ulang, beruntungnya gagal," kata Rensi di Podcast Ruang Tamu Tribun Kalteng, Kamis (4/8/2022).
Cara percobaan mengakhiri hidupnya pun macam-macam, dari menggoreskan pisau hingga membakar dirinya dengan cara membakar kasur melalui obat nyamuk.
Baca juga: Paparan Pornografi Rentan Timbulkan Pelaku dan Korban Kejahatan Asusila Terhadap Anak
Dari 7 kasus asusila terhadap anak terhitung bulan Januari 2022 hingga saat ini, dia menilai pendampingan yang dilakukan bermacam-macam sesuai kebutuhan korban.
"Tergantung kebutuhan korban untuk pendampingannya. Misalnya pendampingan saat di kepolisian, persidangan, psikologis atau rumah aman," bebernya.
Rumah aman yang dimaksud adalah, ternyata pelaku masih dalam lingkaran kehidupan korban, sehingga perlu adanya rumah aman untuk pemulihan korban.
Baca juga: Anggota Polres Malinau Tangkap Pelaku Asusila Anak di Bawah Umur, Ayah Diduga Rudapaksa Anak Tiri
Baca juga: Pelaku Penyebar Video Asusila Anak di Bawah Umur Ditangkap Anggota Polres Nunukan di Jateng
Bercermin dari kasus-kasus yang sudah terjadi, dia menekankan perlu peran orang tua atau orang terdekat korban mendukung pemulihan traumatik yang dialami korban.
Orang tua atau orang terdekatnya diminta juga berubah terkait pendekatan yang dilakukan kepada korban asusila maupun kekerasan anak.
Proses lamanya kesembuhan korban pun dikatakan tergantung motivasi dalam diri anak, koperatifnya korban terhadap terapi yang diberikan dan juga kepada terapis serta kesadaran dan dukungan orang tua. (*)