Kotim Habaring Hurung
Bupati H Halikinnor Optimistis, Target Stunting Kotim Tahun 2024 Turun Hingga 15,17 Persen Tercapai
Prevalensi Stunting Kotim sebesar 32,5 persen berdasarkan data SSGI tahun 2021 dan ditargetkan turun 15 persen tahun 2024 mendatang.
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Prevalensi Angka Stunting Kabupaten Kotawarinigin Kalimantan Tengah sebesar 32,5 persen berdasarkan data SSGI tahun 2021.
Kemudian dengan target yang diisyaratkan tahun 2022 pada skala SSGI turun jadi 26,25 persen, sedangkan Skala EPPGBM sebesar 22 persen.
Untuk Kalimantan Tengah target yang harus dicapai Kotim hingga tahun 2024 stunting turun sebesar 15,17 persen. Hal itu terungkap saat digelar rapat audit stunting, identifikasi kasus dilaksanakan dan peresmian berdirinya dapur sehat pada 33 kampung KB se Kotawaringin Timur, Kamis (14/7/2022) di Sampit.
Dalam kegiatan tersebut Bupati Kotim H Halikinnor, mengungkapkan, pihaknya optimisitis terget stunting Kotim turun hingga 15,17 persen tahun 2024 mendatang akan tercapai.
Baca juga: Penanganan Stunting Kotim Terbaik, Wabup Irawati Wakili Bupati Terima Pengharagaan di Makassar
Baca juga: Polda Bakal Bangun Sekolah Unggulan di Kalteng, Bupati Kotim H Halikinnor Nyatakan Siap Mendukung
Baca juga: Pawai Pembangunan Kotim Direncanakan Skala Besar, SOPD dan Perbankan Diminta Persiapkan Dini
"Kita ditargetkan hingga tahun 2024 mendatang angka stunting turun hingga mencapai 15 persen, saya yakin dengan upaya yang dilakukan secara bersama-sama akan tercapai," ujarnya optimistis.
Bupati H Halikinnor mengungkapkan, semua sektor yang ada di pemerintahan Kotim akan bahu-membahu dalam upaya menurunkan angka stunting tersebut.
"Demikian juga masyarakatnya harus juga sama-sama membantu, apalagi warga atau keluarga yang didalamnya ada yang terkena stunting, juga harus paham dengan upaya mencegah agar tidak terjadi atau bisa lepas dari stunting," unngkapnya.
Menurut dia, penanganan stunting Kotim selama ini diakui sudah sangat baik, karena yang bekerja tidak hanya satu instansi saja tetapi hingga beberapan instansi secara keroyokan.
"Ini terbukti dalam penanganan stunting Kotim mendapat penghargaan pertama secara nasional. Artinya yang kita lakukan selama ini sudah sangat baik," terangnya.
Stunting atau orang gagal tumbuh ternyata bukan hanya bisa terjadi pada orang yang ekonominya lemah, tetapi termasuk orang yang berkecukupan juga bisa saja mengalaminya, jika tidak diberikan asupan giji dan makanan yang baik dan teratur.
"Pencegahan stunting harus jadi perhatian sejak dari perkawinan karena adanya faktor keturunan. Kemudian untuk yang perkawinan normal pada saat hamil, janin dalam kandungan asupan gizi dan makanan sang ibu harus jadi perhatian, hingga melahirkan juga harus tetap diperhatikan," ujarnya.
Diungkapkan orang nomor satu di Kotim ini, untuk penyediaan makanan bergiji tidak harus mahal, karena dengan sayuran juga telor dan bahan makanan lainnya yang memiliki gizi baik bisa jadi asupan untuk pencegahan stunting.
Dalam kegiatan tersebut juga dihadiri Plt kepala BKKBN Kalimantan Tengah, pejabat terkait di Pemkab Kotim dari berbagai instansi yang fokus menangani stunting juga kelompok masyarakat.

Selain itu juga ada kalangan ibu-ibu bersama anaknya yang diberikan pengertian terkait upaya penangulangan stunting juga hadir dalam kegiatan tersebut. (*)