Berita Palangkaraya
Akibat Wabah Virus Demam Babi Afrika Berdampak Langkanya Daging Babi di Palangkaraya
Para penjual Daging Babi di Pasar PU Palangkaraya mengeluh langkanya pasokan daging babi akibat dampak dari wabah virus demam babi afrika
Penulis: Lidia Wati | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA – Para penjual Daging Babi di Pasar PU Palangkaraya mengeluh langkanya pasokan daging babi akibat dampak dari wabah Virus Demam Babi Afrika atau Afrika Swine Fever (ASF) akhir tahun lalu.
Hampir seluruh ternak babi di Kalimantan Tengah terserang Virus Demam Babi Afrika tersebut dan ribuan babi mati.
Salah satu pedagang Pasar PU Mama Eka (49), sehari-sehari berjualan daging babi di Pasar PU Palangkaraya.
"Ya untungnya ini sudah stabil, tapi pelanggan ramai tapi daging babi kosong," katanya saat dibincangi Tribunkalteng.com, Jumat (4/2/2022).
Menurutnya, kelangkaan babi tersebut mengakibatkan naiknya harga daging babi di Pasar PU.
Sekarang harga daging babi dijual Rp 75 ribu per kilogram untuk babi ternak, sedangkan daging babi hutan dijualn Rp 65 ribu perkilogram.
Baca juga: DKPP Kota Palangkaraya Sosialisasi Virus Demam Babi Afrika bagi Peternak
Baca juga: NEWS VIDEO, Demam Babi Afrika di Palangkaraya Merebak, Penjual Daging Babi Keluhkan Omzet Menurun
Berkurangnya pasokan dari dalam Kota Palangkaraya sendiri, memaksa pedagang mengambil daging babi dari daerah lain.
“Kami terpaksa mengambil dari Banjarmasin, Kuala Kapuas, Pangkalan Bun dan Basarang,” jelas Mama Eka.
Menurut Mama Eka, kelangkahan daging babi sudah terkadi 2 bulan ini, karena masa tumbuh babi yang sudah bisa dipanen usia 9 bulan hingga 1 tahun.
Hal ini akan memicu terus melonjaknya harga daging babi di kota cantik Palangkaraya kedepan, jika stok babi di perternakan terus mengalami kekosongan.
Secara otomatis juga mempengaruhi pendapatan pedagang daging babi saat ini.
"Sehari biasanya 10 sampi 15 juta dengan modalnya, saat ini kalau kita pesan 1 ton daging babi cuman dapat 2 hingga 3 pikul saja," beber Mama Eka.
Baca juga: Virus Demam Babi Afrika Terdeteksi di Lima Wilayah di Kalimantan Tengah, 836 Kasus Babi Mati
Mama Eka berharap, untuk pemerintah membantu memberikan bibit kepada peternak babi di Palangkaraya agar tidak terjadi kelangkaan lagi.
Ia pun bersyukur karena saat ini kondisinya tak seperti awal-awal virus ASF melanda, pembeli takut mengkonsumsi daging babi sehingga pedagang sepi.
Hal senada juga dituturkan oleh Aina (31) pedagang daging babi di Pasar PU, sehari dia menghabiskan 1,5 pikul hingga 2 pikul.
"Ini mulai stabil tidak seperti beberapa minggu lalu, pembeli banyak yang tidak turun karena takut," tandas Aina. (*)