Berita Palangkaraya
Film The Flame Kisah Perjuangan Iber Djamal Masyarakat Adat Kalteng Memperjuangkan Tanah Adat
Film Bara atau The Flame merupakan film dokumenter perjuangan Iber Djamal dalam mempertahankan Hutan Adat Terakhir
Penulis: Pangkan B | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Film Bara atau The Flame merupakan film dokumenter perjuangan Iber Djamal dalam mempertahankan Hutan Adat Terakhir ditayangkan di bioskop, Rabu (1/12/2021).
Beraswal dari pertemuan Iber Djamal dengan Arfan Sabran pada tahun 2014.
Arfan tertarik dengan perjuangan Iber Djamal dalam memperjuangan tanah Pulau Barasak.
Hutan adat merupakan sumber bagi suku Dayak pada zaman dahulu.
Iber Djamal Masyarakat Adat Kalimantan Tengah, menjelaskan mengapa ia memperjuangkan hutan adat Pulau Barasak.
Baca juga: Perbandingan Ular King Kobra Hiu Putih Palangkaraya dengan King Kobra Garaga Panji Petualang
Baca juga: Stabilkan Harga Sembako Jelang Natal dan Tahun Baru Pemko Palangkaraya Siapkan Operasi Pasar
Baca juga: Hindari Kebocoran PAD, DPRD Dukung Penataan Parkir oleh Pemerintah Kota Palangkaraya
“Zaman dahulu orang tua saya, memanfaatkan hutan sebagai wadah mencari obat dan sumber makanan. Terlebih kehidupan orang dulu tidak jauh dari alam, mereka menjaga hutan, binatang, dan segalanya,” jelas Iber Djamal.
Leluhur menjaga keletarian hutan yang ada di Kalimantan Tengah, tidak melupakan leluhur dan menjadi tanggung jawab bagi penerus.
“Hutan Barasak menjadi tempat merajah hantang, tempat mediasi dengan mahluk halus, dan tempat bertapa,” jelas Iber Djamal.
Ia berpesan pada para anak muda, meski tubuhnya sudah tua namun masih ingin berjuang.
“Ini menjadi pukulan bagi para anak muda, masih banyak waktu untuk berbuat dan berpikir melestarikan adat dan budaya. Ayo bentangkan sayap untuk bersama-sama satukan hati demi kemajuan suku Dayak,” ucap Iber Djamal.
Jika hal ini tidak sempat diangkat, maka adat dan budaya akan dilupakan lalu hilang.
Dalam perjuangannya mempertahankan hutan adat Pulau Barasak, banyak sekali intimidasi oleh pihak yang ingin menjatuhkannya.
Bahkan Iber Djamal mengatakan, 2 hektare lahannya direbut oleh pihak yang ingin menjatuhkannya.
“Mereka sengaja menebang lahan saya, mereka hendak membuat saya melawan balik dan memasukkan saya ke penjara. Namun saya tidak ingin melawan dengan kekerasan, karena jika saya melawan dan masuk penjara mereka bisa dengan leluasa mengambil lahan-lahan lainnya,” kata Iber Djamal.
Selain itu terdapat satu kalimat yang sangat dalam maknanya saat Iber Djamal berjuang mempertahankan tanah adat Pulau Barasak.