Badan Restorasi Gambut dan Mangrove
Antisipasi Kebakaran Gambut di Kalimantan perlu libatkan masyarakat dan kolaborasi lintas sektor
Peningkatan suhu udara dan penurunan kelembapan udara di wilayah Pulau Kalimantan. Peringatan ini juga merupakan indikasi potensi kebakaran hutan dan
TRIBUNKALTENG.COM - Selama sepekan terakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan peningkatan suhu udara dan penurunan kelembapan udara di wilayah Pulau Kalimantan. Peringatan ini juga merupakan indikasi potensi kebakaran hutan dan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan, khususnya di lahan gambut, menurut Guru Besar IPB University, Bambang Hero Saharjo akan mendapat perhatian internasional karena kemampuan gambut sebagai penyimpan cadangan karbon dunia.
Adanya sejumlah titik api yang dipantau melalui satelit di wilayah Kalimantan, tambah Bambang dalam Dialog Bernas Pengelolaan Lahan Gambut Wilayah Kalimantan (10/8), perlu mendapat perhatian esktra.
Perhatian ini, tutur Bambang, dapat dilakukan Dinas Lingkungan Hidup di daerah dengan melakukan audit of compliance, atau audit pengendalian kebakaran hutan dan lahan terhadap korporasi.
Baca juga: BRGM Gelar Dialog Bernas Pengelolaan Lahan Gambut Wilayah Kalimantan
Baca juga: Karhutla di Palangkaraya, Polisi Selidiki Kebakaran Lahan Gambut di Kawasan Bandara Tjilik Riwut
Dengan cara ini, kata Bambang, peran korporasi dalam menjalankan fungsi sesuai aturan yang berlaku akan terlihat. Misalnya melihat sarana dan prasarana pendukung penanganan kebakaran gambut.
“Nanti akan terlihat apakah korporasi sudah atau belum memenuhi persyaratan,” ujarnya.
Bambang juga mengajak untuk melakukan pemanfaatan pengecekan data menggunakan data satelit.
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi sebaran titik api dan kondisi lahan, juga memberikan arahan kegiatan pencegahan karhutla yang perlu diambil.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), tutur Bambang, mempunyai tugas sebagai fasilitator dan koordinator untuk merestorasi lahan gambut bekas terbakar.
“Jadi jangan dikejar untuk bertanggung jawab penanganan karhutla, ini tanggung jawab bersama” ujar dia.
Pemangku kepentingan penanganan karhutla, menurut Bambang harus melibatkan masyarakat. “Jadikan masyarakat mitra, bagian dari keluarga. Sebab, yang kadang terjadi masyarakat langsung dijadikan tumbal, biang kerok, dan sebagainya. Akibatnya tidak tercipta hubungan yang baik,” ujar dia.
Pandangan serupa disampaikan juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Barat, Adi Yani, salah satu pendekatan untuk mencegah kebakaran gambut yaitu berkolaborasi dengan masyarakat di sekitar gambut. Adi mengapresiasi program revitalisasi ekonomi yang dibuat BRGM sehingga mampu menumbuhkan kelompok masyarakat yang siap siaga menjaga Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG), mengurangi resiko terjadinya kebakaran.
“Melihat revitalisasi yang kita bentuk di Kabupaten Mempawah ini sangat efektif. Di sana masyarakat ternak sapi untuk penggemukan, dan berjalan terus,” ucap Adi.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan, Dadang mengatakan wilayahnya juga telah melakukan operasi pembasahan gambut di sejumlah desa dan obyek vital nasional Bandara Syamsudin Noor.
Kegiatan yang berlangsung menggandeng MPA, TRGD, dan dinas di tingkat kabupaten/kota.