Badan Restorasi Gambut dan Mangrove
Antisipasi Kebakaran Gambut di Kalimantan perlu libatkan masyarakat dan kolaborasi lintas sektor
Peningkatan suhu udara dan penurunan kelembapan udara di wilayah Pulau Kalimantan. Peringatan ini juga merupakan indikasi potensi kebakaran hutan dan
Saat ini, berdasarkan evaluasi, pihaknya menyebut masih kekurangan sarana dan prasarana pembasarahan. “Belum ada sarana prasarana yang memadai. Mudah-mudahan ada peralatan pemadaman karhutla,” ujar dia.
Sementara itu Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kalimantan Tengah, Merti Ilona menyebut kerja BRGM dalam merestorasi kerusakan gambut akibat alih fungsi lahan dan kebakaran.
Dia menjadi sakti bahwa kebakaran gambut mengakibatkan bencana kabut asap luar biasa.
Untuk itu, dia berharap intervensi pengembangan ekonomi bagi warga yang tinggal di sekitar IPG dapat diteruskan untuk mengawal IPG.
“Semoga di tengah pandemi jangan sampai duet maut Covid-19 dan kebakaran gambut terjadi,” kata Merti.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran gambut, Kepala Kelompok Kerja Wilayah Kalimantan dan Papua BRGM, Jany Tri Raharjo mengatakan sejak awal Juni pihaknya sudah mengantisipasi kemarau. Salah satunya dengan melakukan pengecekkan kondisi IPG di titik yang rawan terbakar.
“Sekat kanal dan sumur bor yang kondisinya rusak akan kami perbaiki,” ucap Jany
Selain memeriksa IPG, BRGM juga mengajak Manggala Agni pasukan pemadam karhutla Kementerian LHK, masyarakat peduli api (MPA) untuk melakukan pembasahan gambut kering atau Operasi Pembasahan Gambut Rawan Kekeringan (OPGRK).
“Lokasinya dipilih dengan mempertimbangkan kriteria, tidak hujan selama tujuh hari, atau BMKG memprediksi kemudahan terbakar, atau indikasi titik panas, atau berdasar tinggi muka air. Salah satu saja tidak terpenuhi tim di lapangan bergerak,” ucap dia.
Selain pembasahan lahan yang kering, tim di lapangan juga menjadi bagian subordinat satuan tugas pemadaman. Tugasnya, membantu penyediaan peralatan dan sumber daya manusia untuk mengisolasi kebakaran lahan.
Jany tak menampik, meski sudah diantisipasi dengan pembasahan, kebakaran masih bisa terjadi. Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan insektisida untuk membasmi semak yang menyebabkan tumbuhan liar itu mengering.
“Sehingga ketika api terbawa angin vegetasi terbakar,” ucap dia.
Untuk penanganan lahan gambut terbakar ini, Jany menambahkan, BRGM bersama PEMDA di 7 Provinsi target restorasi gambut lakukan dengan Quick Response, bentuknya berupa Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT).
Jany juga mengatakan, kolaborasi dan integrasi kegiatan dipandang perlu dilakukan. Mengingat pendekatan restorasi gambut adalah kesatuan hidrologis gambut, didalamnya ada pemangku kepentingan untuk lahan konsesi dan non konsesi.
“Kolaborasi dan integrasi kegiatan pemangku kepentingan sangat penting dilakukan dalam mengantisipasi karhutla ini,” ujarnya.