Ramadhan 20021
TAUSIAH RAMADAHAN 2021: Nafsu dan Tubuh Itu Laksana Kendaraan Bagi Ruh
“Apakah kalian senang dengan kedatangan Ramadhan?” tanya Emha Ainun Nadjib kepada jemaahnya.
TRIBUNKALTENG.COM - “Apakah kalian senang dengan kedatangan Ramadhan?” tanya Emha Ainun Nadjib kepada jemaahnya.
“Senang,” jawab mereka lantang.
“Bohong! Kalian sebenarnya tidak senang. Kalian akan merasakan lapar, haus dan lemas.”
Jemaah pun tertawa. “Namun, meskipun kalian tidak senang dengan puasa, kalian tetap mengerjakannya, karena cinta kepada Allah,” kata Emha.
Jemaah pun bertepuk tangan.
Puasa, dengan menahan lapar dan haus serta menghindari hubungan seksual dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari, memang bukan laku yang ringan dan mudah bagi tiap orang.
Baca juga: Tausiah Ustaz Adi Hidayat Tentang Masih Bisa Tidaknya Sahur Puasa Ramadhan Ketika Sudah Masuk Imsak
Baca juga: TAUSIAH RAMADHAN 2021: Apa Arti Niat karena Allah?
Orang perlu dilatih sejak kecil, dengan tekad bulat yang kuat.
Bangun sahur ketika kepala masih berat ingin tidur bukanlah perkara sepele.
Menahan lapar dan haus di siang hari, apalagi saat terik matahari sembari bekerja keras, juga bukan soal mudah.
Namun, ternyata kaum Muslim mau dan rela melakukannya.
Mengapa yang sulit itu dapat dilakukan? Kaum idealis mengatakan, karena manusia memiliki ruh atau pikiran yang dapat mengendalikan tubuhnya.
Bahkan sebagian kaum idealis ini berpendapat, ruh manusia itu terpenjara dalam tubuh. Ia akan bahagia-merdeka jika bebas dari tuntutan tubuh.
Puasa adalah salah satu latihan pembebasan itu.
Sebaliknya, kaum materialis, yang di zaman modern antara lain diwakili oleh Karl Marx, menilai bahwa bukan saja perilaku manusia, melainkan juga pikirannya, termasuk ilmu, seni dan agama, justru dipengaruhi oleh kondisi materialnya.
Namun, kalau dicermati lebih jauh, puasa kiranya bukanlah permusuhan terhadap tubuh dan materi, melainkan upaya meletakkan ruh dan tubuh pada posisi yang tepat.