Kesehatan
Inilah Rentang Usia Anak yang Paling Banyak Terinfeksi DBD dan Meninggal Dunia
Data Kementerian Kesehatan menyebut dari Januari hingga tanggal 30 April 2020, terdapat 49.931 jumlah kasus pasien DBD di seluruh wilayah Indonesia.
Penulis: A Mas Ramadhani | Editor: Rahmadhani
EDITOR : Rahmadhani
TRIBUNKALTENG.COM - Mesi saat ini Indonesia berada dalam situasi pandemi Virus Corona (Covid-19), masyarakat harus tetap waspada kepada ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD).
Dalam rilis terbaru, anak usai 5 hingga 14 tahun menjadi rentang usia yang paling banyak terinfeksi penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD) dan meninggal dunia.
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, dari Januari hingga tanggal 30 April 2020, terdapat 49.931 jumlah kasus pasien DBD di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, rata-rata laporan distribusi kasus usia anak-anak memiliki porsi yang tinggi, termasuk tingkat kematian.
• Ratusan TKA China Dapat Izin Masuk Indonesia, Wali Kota Kendari Tegas akan Tutup Wilayahnya
Angka kasus infeksi dan kematian yang tinggi pada anak-anak ini utamanya didasarkan pada kondisi anak-anak yang memang rentan terinfeksi virus dengue.
"Mungkin karena sekarang banyak di rumah, dan memang DBD rentan pada usia anak-anak," kata Nadia kepada Kompas.com, Kamis (29/4/2020).
Berikut distribusi kasus infeksi dan kematian DBD per kelompok umur di Indonesia.
1. Usia di bawah satu tahun, jumlah kasusnya mencapai 5 persen dengan angka kematian mencapai 13 persen.
2. Usia 1-4 tahun, jumlah kasusnya mencapai 20 persen dengan angka kematian mencapai 27 persen.
3. Usia 5-14 tahun, jumlah kasus mencapai 29 persen dengan angka kematian mencapai 35 persen.
4. Usia 15-44 tahun, jumlah kasusnya mencapai 35 persen dengan angka kematian mencapai 14 persen.
5. Usia di atas 44 tahun, jumlah kasusnya mencapai 11 persen dengan angka kematian mencapai 11 persen.
Selain kondisi yang mengharuskan anak-anak berlajar di rumah dan daya tubuh yang rentan terinfeksi, ketidakdisiplinan dalam mengelola kebersihan lingkungan menjadi faktor lainnya kasus DBD pada anak ini meningkat.
Menurut Nadia, saat ini warga banyak berada di rumah, tetapi pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan masyarakat kurang optimal.