Kini Jadi Tersangka, dari Tukang Semir hingga Buruh Galian Pasir Pernah Dijalani JR Saragih
Beberapa lama bekerja memeras keringat dengan menambang pasir, JR Saragih mendapat tawaran bekerja paruh waktu di Pusat Primer Koperasi Mabes TNI AD.
Pekerjaan sebagai buruh galian pasir pernah ia lakoni sepulang sekolah. JR Saragih bekerja sebagai buruh galian pasir milik Puskopad (Pusat Koperasi Angkatan Darat). Beberapa lama bekerja memeras keringat dengan menambang pasir, JR Saragih mendapat tawaran bekerja paruh waktu di Pusat Primer Koperasi Mabes TNI AD.
Tawaran ini, ternyata menjadi titik balik kehidupan JR Saragih. Kegigihan, sikap pantang menyerah dan kerja keras yang ia tunjukkan menjadikan banyak petinggi TNI AD yang simpatik atas kegigihannya tetap bersekolah dengan menjalani berbagai pekerjaan kasar.
Baca: Palingkau Kapuas Geger Api Saat Warga Sedang Terlalap, Tiga Rumah Tinggal Puing
Selulus SMA, atas saran para petinggi TNI AD, JR Saragih mendaftar sebagai taruna Akademi Militer di Magelang.
Persiapan dan kerja kerasnya menuai hasil. Ia diterima dan lulus dari Akmil hingga memulai kariernya sebagai seorang perwira TNI.
Sejumlah penugasan pernah dijalaninya antara lain jadi personel elite Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan Komandan Subdenpom Polisi Militer Angkatan Darat (POMAD) Purwakarta, Jawa Barat.
Usai menjalani tugas sebagai Komandan POMAD, JR Saragih memutuskan untuk mengakhiri kariernya di militer. Ia memilih mengembangkan usaha yang sudah dirintisnya: klinik kesehatan di Purwakarta.
Sebuah klinik yang dia dirikan dengan mengumpulkan gajinya demi membantu warga yang kesulitan mengakses mahalnya layanan kesehatan.
Tahun 2004, klinik itu berhasil dikembangkan JR Saragih menjadi Rumah Sakit dengan nama RS Efarina Etaham.
Pada 2008, RS Efarina memperoleh akreditasi RS tipe A.
Baca: Kenapa Benda Ini Disebut Kunci Inggris? Ternyata Begini Alasannya
Saat ini, RS Efarina Etaham sudah berdiri di Berastagi Kabupaten Karo dan Pangkalan Kerinci Riau. JR Saragih juga mendirikan SMA/SMK Plus Efarina dan Universitas Efarina di Simalungun.
JR Saragih mengatakan, ia mendirikan rumah sakit karena ia memahami bagaimana rasanya menjadi orang menderita. Ia sudah kenyang dengan penderitaan. Keinginannya agar tak ada lagi orang menderita di dunia, memotivasinya membangun klinik dan rumah sakit.
“Saya hanya ingin membantu orang karena saya tahu bagaimana rasa sakit itu. Saya memiliki bekas luka yang meninggalkan bekas dalam karena saya tidak bisa menjalankan operasi, lantaran enggak punya uang. Karena itu, kini, saya mengutamakan, bagaimana cara melepaskan penderitaan seseorang,” JR Saragih menjelaskan motivasinya membangun banyak rumah sakit dan klinik di negeri ini.
Ihwal ketertarikan JR Saragih pada dunia politik dikarenakan ia melihat kampung halamannya Simalungun tak terbangun dengan baik. Ia lebih kecewa lagi saat melihat tanah keluarganya dan masyarakat habis dibeli pemerintah daerah tetapi dibiarkan terlantar sebagai lahan tidur. Tidak dimanfaatkan.
