Pilpres 2019

Hacker Rusia Disebut Masuk Pilpres Indonesia, Perang Algoritma di Media Sosial

Peretas Rusia yang dimaksud juga merupakan 'think-tank' saat kampanye pemenangan Donald Trump di Amerika Serikat pada 2016.

Editor: Mustain Khaitami
surabaya.tribunnews.com

TRIBUNKALTENG.COM, JAKARTA - Kampanye Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 di Indonesia dimulai seiring pembukaan dan deklarasi kampanye damai oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Silang Monas Jakarta pada Minggu, 23 September 2019.

Jauh hari sebelum masa kampanye dimulai, sejumlah peretas atau hacker asal Rusia disebut telah berada di Indonesia.

Mereka disebut telah tiba pada saat pencalonan presiden sedang berjalan.

Peretas Rusia yang dimaksud juga merupakan 'think-tank' saat kampanye pemenangan Donald Trump di Amerika Serikat pada 2016.

Baca: Hasilkan Ratusan Ribu Dolar, Pria Ini Adalah Hacker yang Paling Dicari di Dunia

Baca: Terlibat Kudeta, Turki Tangkapi 61 Perwira Militer

Baca: Sering Jadi Istilah, Ternyata Daun Kelor Solusi Atasi Kekurangan Kalsium

Tidak hanya di Amerika Serikat, para peretas ini juga pernah terlibat di dalam delapan pilpres negara lainnya.

Hal itu diungkapkan oleh Pengamat Intelijen, Nuruddin Lazuardi kepada Tribun di Jakarta, Senin (24/9/2018).

Data yang dimilikinya, menjelaskan bahwa para peretas tersebut sudah bertemu dengan beberapa petinggi partai politik di Indonesia.

"Iya saya sudah tahu soal itu. Ada pembicaraan antara mereka dengan beberapa politisi. Tim ini sudah ada sejak lama dan itu hal yang biasa saja," ungkapnya.

Namun, dia masih belum tahu apakah dalam pembicaraan tersebut agen Rusia ini mengatasnamakan pemerintah Rusia atau bergerak membawa institusi perusahaan.

"Nah yang itu saya belum tahu. Apa mereka atas nama pemerintah Rusia atau murni bisnis, saya tidak paham," ujarnya.

Dalam pekerjaannya, peretas dari Rusia ini akan lebih banyak bermain di media sosial, sama halnya saat kampanye Trump di Amerika Serikat.

Mereka, lanjutnya, akan bermain di algoritma media sosial.

"Mereka akan mengandalkan teknologi yang dimiliki untuk pilpres 2019 ini. Mereka main di Facebook dan Twitter khususnya. Kalau Instagram saya pikir tidak," jelas dia.

Caranya, agen tersebut akan 'memotong' algoritma di jejaring Facebook dan Twitter yang mengunggah konten tidak menyenangkan bagi pasangan calon yang dibela.

Selain itu, mereka juga akan memviralkan pasangan calon yang dibela di semua media sosial.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved