Layanan Listrik Kalteng Sudah Normal

4 Tahun Bangun Usaha Hidroponik, Pemuda Palangka Raya Rugi Puluhan Juta Akibat Listrik Padam

Pengusaha muda di Palangka Raya Muhammad Adiyat (24) alami kerugian puluhan juta karena listrik padam bergiliran pada Minggu kemarin

Penulis: Arai Nisari | Editor: Sri Mariati
ISTIMEWA
TANAMAN LAYU - Kolase, ribuan selada milik Adiyat layu akibat pemadaman listrik, yang beredar dalam video ada 3.200 selada. Namun kapasitas tanamnya mencapai lebih dari 5.200 tanaman, Minggu (12/10/2025). 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Selama empat tahun membangun usaha hidroponik dari nol, Muhammad Adiyat (24) tak pernah menyangka akan mengalami kerugian puluhan juta rupiah hanya dalam sehari.

Pemadaman listrik bergilir di Palangka Raya pada Minggu (12/10/2025) membuat pompa air di kebun Sayur Sei PKY-nya berhenti total, menyebabkan ribuan tanaman selada layu dan gagal panen.

“Kemarin listrik padam hampir seharian, jadi pompanya nggak jalan sama sekali. Air nggak mengalir, tanaman langsung cepat layu karena cuaca juga panas,” kata Adiyat saat diwawancara TribunKalteng.com, Senin (13/10/2025).

Adiyat, lulusan jurusan pertanian Universitas Palangka Raya, menekuni kebun hidroponik sejak masih kuliah. 

Awalnya ia menanam sayuran untuk kebutuhan keluarga, namun seiring waktu usahanya berkembang hingga mampu memasok sayur segar ke pasar lokal dan pelanggan tetap di kawasan Panarung, Jalan Wortel IV.

“Saya mulai dari kecil, cuma beberapa rak dulu. Sekarang kapasitas tanam yang siap panen sudah sekitar 5.200 tanaman,” ujarnya.

Menurutnya, pemadaman di lokasi tersebut terjadi sekitar pukul 07.00–08.00 dan listrik baru menyala kembali sekitar pukul 12.00–13.00.

Meski hanya berlangsung sehari, dampaknya cukup berat karena sistem hidroponik sangat bergantung pada suplai listrik untuk menjalankan pompa air dan aerator.

“Dalam satu jam tanpa suplai, tanaman bisa mulai stres, apalagi kemarin panas sekali. Beberapa daun jadi rusak sehingga kualitasnya turun dan tidak layak jual,” kata Adiyat.

Ia memperkirakan kerugian akibat kejadian itu mencapai sekitar Rp20 juta, terutama dari menurunnya kualitas hasil panen yang akhirnya tidak bisa dijual ke pelanggan.

Harga jual dari petani biasanya sekitar Rp 8.000 per pack, sedangkan di pasar bisa mencapai Rp10.000–Rp15.000 per pack. 

Selain kehilangan hasil panen, beberapa peralatan seperti pompa dan lampu juga mengalami penurunan performa setelah kejadian.

Untuk menanggulangi kondisi darurat, Adiyat sempat meminjam genset milik temannya, namun penggunaannya dilakukan bergantian karena temannya juga terdampak pemadaman di lokasi lain.

Akibatnya, suplai listrik darurat ke kebun tetap tidak maksimal dan tidak mampu menyelamatkan seluruh tanaman yang mulai layu akibat panas.

Sebagai langkah darurat lain, ia membeli inverter seharga sekitar Rp500.000 untuk mengambil daya dari mobil, namun alat itu hanya mampu menyalakan sebagian kecil pompa saja.

Lebih jauh, Adiyat juga menuturkan bahwa fluktuasi tegangan listrik sebenarnya sudah menjadi masalah lama di kawasan tempat tinggalnya.

Selama dua tahun terakhir, voltase sering turun dari standar 220V menjadi sekitar 160V pada waktu tertentu.

“Saya sudah tiga kali lapor lewat aplikasi PLN lengkap dengan bukti foto, tapi belum ada perubahan yang terasa,” ungkapnya.

Menurut Adiyat, ia mengetahui pengumuman jadwal pemadaman bergilir dari media sosial PLN, namun tidak menyangka pemadaman kali ini akan berlangsung seluas (merata area Palangka Raya) dan selama itu.

“Kalau ada pemberitahuan yang lebih jelas sebelumnya, kami bisa siapin cadangan daya atau atur jadwal panen biar nggak rugi besar,” ujarnya.

Dampak lain yang dirasakan adalah gangguan terhadap jadwal pengiriman pesanan pelanggan.

Beberapa pelanggan setia sempat menanyakan stok dan kualitas hasil panen setelah melihat unggahan video dampak pemadaman listrik di media sosial.

“Kalau kualitasnya turun, saya lebih pilih tunda pengiriman daripada kirim barang yang nggak layak,” tegasnya.

Untuk saat ini, sebagian tanaman di kebun Sayur Sei PKY mulai menunjukkan tanda pemulihan setelah dilakukan penyiraman secara rutin. 

Baca juga: Sempat Terjadi Pemadaman Listrik di Kalteng, PLN ULP Palangka Raya Timur Sebut Kondisi Sudah Normal

Baca juga: Mati Listrik di Palangka Raya Kalteng, Warga Berjam-jam Tanpa Penerangan Malam ini

Namun, masih ada beberapa bagian kebun yang rusak parah dan perlu waktu beberapa hari untuk memastikan apakah bisa diselamatkan atau harus ditanam ulang.

“Kami harap PLN dan pihak terkait bisa lebih responsif, terutama terhadap fluktuasi voltase dan pemberitahuan pemadaman. Soalnya usaha kecil kayak kami sangat tergantung sama listrik,” tutup Adiyat.

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved