Berita Palangkaraya

Pendiri Laa_Craft Nila Kusuma Dewi Bawa Pesan Cinta Lingkungan Lewat Ecoprint: dari Alam untuk Alam

Nila Kusuma Dewi, pendiri Laa_Craft, kepedulian terhadap lingkungan melalui karya-karya berbasis ecoprint yang menjadi karya seni tinggi

Penulis: Arai Nisari | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM/ARAI NISARI
ECOPRINT - Nila Kusuma Dewi, pendiri Laa_Craft, menunjukkan salah satu produk tas ecoprint hasil kreativitasnya yang mengedepankan bahan alami dan ramah lingkungan. 

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA – Di sebuah sudut Jalan Diponegoro Nomor 56C, Palangka Raya, berdiri butik kecil yang penuh makna bernama Laa_Craft

Meski terletak di tempat yang sederhana, butik ini membawa pesan besar tentang kepedulian terhadap lingkungan melalui karya-karya berbasis ecoprint.

Ecoprint adalah teknik mencetak pola pada kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang, dan bagian tumbuhan lainnya. 

Proses ini menghasilkan warna alami yang ramah lingkungan, tanpa melibatkan bahan kimia berbahaya, sehingga menciptakan desain yang unik dan lebih dekat dengan alam.

“Awalnya karena keresahan pribadi, ingin tetap berkarya tapi juga peduli pada bumi. Saya mulai mengeksplorasi ecoprint, dan ternyata ini bisa menjadi produk yang bernilai,” ujar Nila Kusuma Dewi, pendiri Laa_Craft.

Laa_Craft didirikan pada 2023 dan kini menawarkan berbagai produk seperti kebaya, celana, mukena, syal, tas, hingga sepatu dari bahan kulit. 

Semua produk tersebut diproses dengan teknik ecoprint yang memadukan kreativitas, ketelatenan, dan kearifan lokal.

Pada metode pounding, daun dan bunga yang telah ditata di atas kain dipukul dengan palu untuk melepaskan pigmen alami dari tanaman.

Sementara pada metode steaming, bahan-bahan alami tersebut dikukus agar warna dari tanaman berpindah ke serat kain dengan cara yang lebih halus.

Bahan-bahan alami yang digunakan Nila tidak perlu jauh dicari. Kenikir, bayam, dan berbagai tanaman lainnya tumbuh di polibek yang ia rawat di pekarangan rumahnya. Selain itu, tanaman liar seperti pakis juga sering dimanfaatkan.

Pewarna alami pun diperoleh dari berbagai sumber alam, seperti kulit manggis, buah jambe atau pinang, jolawe, secang, dan banyak lagi.

Setiap tanaman memberikan warna yang unik, mulai dari ungu, kuning, hijau, hingga coklat, tergantung jenis bahan yang digunakan.

Bagi Nila, setiap bahan dan produk memiliki cerita tersendiri. Sisa perca kain pun tidak dibiarkan begitu saja. Perca kain yang tersisa dari produksi disulap menjadi aksesori, atau dipadukan dengan motif batik dan lurik. 

Hal ini tak hanya memperkaya desain, tetapi juga membuka peluang bagi pasar yang lebih luas, terutama masyarakat Jawa yang akrab dengan motif batik dan lurik.


“Setiap kain itu punya ceritanya sendiri. Dari daun yang jatuh ke tanah, bisa jadi karya yang punya nilai dan makna,” ujar Nila dengan penuh semangat.


Dengan Laa_Craft, Nila Kusuma Dewi tidak hanya membuktikan bahwa alam bisa menjadi sumber inspirasi tak terbatas, tetapi juga mengajak masyarakat untuk melihat limbah sebagai potensi, serta karya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap bumi yang lebih baik.

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved