Berita Palangkaraya

Kisah Fatahillah 30 Tahun Jual Kuningan Meski Stroke, Sangku dan Garantung Paling Dicari untuk Adat

Fatahillah seorang pedagang kuningan antik sudah berjualan selama 30 tahun, namun alami stroke tapi tetap, barang jenis sangku dan garantung diburu

Penulis: Arai Nisari | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Arai Nisari
BERJUALAN - Fatahillah (62), penjual barang kuningan, memperhatikan dua calon pembeli yang tengah memilih barang dagangannya di lapak pinggir Jalan G Obos, Palangka Raya. Meski mengalami stroke, ia tetap berjualan demi menyambung hidup. 

Sangku, tempat menginang, hingga garantung berwarna emas menghiasi lapak kecil milik Fatahillah.

Barang-barang itu disebut semi antik karena tampilannya yang klasik dan mulai sulit ditemukan, meskipun bukan barang kuno sepenuhnya. Semuanya terbuat dari kuningan dan berasal dari daerah susur sungai sekitar Banjarmasin, Kalimantan Selatan. 

“Barang bekas, tapi masih bagus. Ada juga yang langka,” ucapnya.

Fatahillah mengatakan, barang-barangnya paling sering dicari untuk keperluan acara adat. 

Sangku dan gerantung menjadi barang paling banyak diburu pembeli karena nilai simboliknya masih digunakan dalam upacara adat dan budaya masyarakat Kalimantan.

kuningan antik 1
PEMBELI - Dua pengunjung dari Tamiang Layang mengamati satu per satu barang kuningan yang dijual Fatahillah di lapaknya di Jalan G Obos, Palangka Raya, Senin (7/4/2025). Mereka mengaku tertarik karena hobi mengoleksi barang antik.

“Harganya macam-macam. Mulai dari ratusan ribu. Kalau gerantung besar itu bisa sampai lima, enam juta. Tapi ya, jarang ada,” tuturnya sambil menunjukkan salah satu barang dipajang.

Pembelinya datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari Pulau Jawa. 

Beberapa di antaranya membeli untuk oleh-oleh khas Kalimantan atau untuk dijual kembali di daerah masing-masing. 

“Kadang ada yang beli buat dikirim lagi. Barang gini jarang,” katanya.

Meski begitu, Fatahillah mengaku berdagang barang kuningan antik tidak selalu laku setiap hari. 

“Kadang berpuluh hari gak ada yang beli, tapi kalau pas cocok, langsung diborong,” ujar pria yang duduk di kursi roda tersebut.

Selain sangku dan garantung, ia juga menjual teko, guci, tempat sirih, dan bahkan tanduk rusa. 

Barang-barang itu tidak mudah ditemukan di pasaran biasa dan dinilai punya nilai estetika dan budaya tersendiri.

Menurutnya, barang-barang ini sudah tidak banyak dijual oleh pedagang lain karena tidak laku tiap hari. 

“Pedagang malas juga kalau jual beginian. Gak kayak jual sembako. Tapi kalau dapat pembeli, bisa langsung banyak,” tambahnya.

Dua pembeli dari Tamiang Layang tampak memperhatikan setiap sudut barang dagangan Fatahillah

“Suka lihat-lihat yang antik gini. Tertarik aja, belum tahu beli apa, tapi kayaknya mau ambil satu atau dua,” ujar salah satunya.

 

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved