Berita Palangkaraya

Respon Pengamat Infrastruktur Soal Banjir di Palangka Raya Terus Berulang di Kalteng

Pengamat Infrastruktur Kalimantan Tengah (Kalteng), Mandarin Guntur menyoroti penomena banjir setiap tahunnya, termasuk Kota Palangka Raya

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Herman Antoni Saputra
BANJIR - SPPG Kalteng, BPBD Palangka Raya dan Anggota TNI sedang menyalurkan MBG di Tengah banjir Mendawai beberapa waktu yang lalu. 

Praktik penggundulan hutan dan pembakaran lahan gambut untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan juga merusak ekosistem seharusnya berfungsi sebagai penyerap air hujan. 

"Masyarakat seringkali tidak menyadari bahwa tindakan mereka secara kolektif dapat memperburuk kondisi banjir sudah ada," katanya. 

Lebih lanjut, edukasi dan kampanye kesadaran lingkungan, dilakukan pemerintah dan organisasi non-pemerintah belum sepenuhnya berhasil mengubah perilaku masyarakat tersebut.

Perubahan iklim global menyebabkan cuaca ekstrem semakin memperparah kondisi Banjir di Palangkaraya. 

Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas dan durasi musim hujan menjadi semakin tidak terprediksi, dengan curah hujan lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. 

Siklus El Nini dan La Nina, juga menurutnya, semakin tidak teratur juga memberikan dampak signifikan terhadap pola curah hujan di Kalimantan. 

Daerah biasanya tidak terkena banjir kini mulai mengalami genangan air ketika hujan lebat. 

"Perubahan suhu global juga menyebabkan pencairan es di kutub yang berkontribusi pada kenaikan permukaan air laut, pada gilirannya mempengaruhi tinggi muka air di sungai-sungai, termasuk Sungai Kahayan," terangnya. 


Respon Pemerintah Kurang Cepat? 

Ujar Mandarin, respons pemerintah juga terkesan yang kurang cepat dan efektif dalam menangani banjir juga menjadi faktor yang memperburuk dampak bencana tersebut. 

Sistem peringatan dini banjir yang belum optimal membuat masyarakat tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan evakuasi dan mengamankan harta benda mereka. 


Infrastruktur tanggap bencana seperti perahu karet, tempat pengungsian, dan pasokan makanan darurat seringkali tidak memadai untuk melayani seluruh penduduk yang terkena dampak banjir. 


"Koordinasi antar instansi pemerintah dalam penanganan banjir juga seringkali terhambat oleh birokrasi dan ego sektoral," bebernya. 


Akibatnya, bantuan yang diberikan seringkali terlambat sampai ke tangan masyarakat yang membutuhkan. 


Solusi Mengatasi Banjir

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved