Berita Palangkaraya

Respon Pengamat Infrastruktur Soal Banjir di Palangka Raya Terus Berulang di Kalteng

Pengamat Infrastruktur Kalimantan Tengah (Kalteng), Mandarin Guntur menyoroti penomena banjir setiap tahunnya, termasuk Kota Palangka Raya

Penulis: Herman Antoni Saputra | Editor: Sri Mariati
Tribunkalteng.com/Herman Antoni Saputra
BANJIR - SPPG Kalteng, BPBD Palangka Raya dan Anggota TNI sedang menyalurkan MBG di Tengah banjir Mendawai beberapa waktu yang lalu. 

Penduduk seringkali mengabaikan kearifan lokal Kalimantan yang sebenarnya telah mengembangkan rumah panggung sebagai adaptasi terhadap lingkungan sering tergenang air. 

Rumah-rumah dapat langsung menempel pada tanah adalah wilayah yang memiliki sistem drainase yang lebih baik dan tidak menghadapi risiko banjir seperti di lahan gambut Kalimantan. 

Akibat desain tidak sesuai ini, ketika banjir datang, air langsung masuk ke dalam rumah dan merusak properti serta barang-barang berharga milik penduduk.

"Pendangkalan Sungai Kahayan tidak hanya disebabkan oleh proses alamiah tetapi juga diperparah oleh aktivitas manusia seperti penambangan pasir dan batubara di sepanjang aliran sungai," ungkapnya. 

Lanjutnya, aktivitas tersebut menyebabkan erosi tanah yang kemudian terbawa arus dan mengendap di dasar sungai, mempercepat proses pendangkalan. 

Upaya pengerukan yang dilakukan pemerintah seringkali tidak mampu mengatasi kecepatan sedimentasi yang terjadi. 

"Selain itu, pembukaan lahan di area hulu sungai untuk perkebunan dan pertanian juga mengurangi daya serap tanah terhadap air hujan, sehingga volume air yang mengalir ke sungai menjadi lebih besar dan cepat," terangnya. 

Akibatnya, meskipun tidak turun hujan di Palangka Raya, kota ini tetap dapat mengalami banjir kiriman dari hulu sungai.

Pembangunan infrastruktur kota yang tidak memperhatikan pola aliran air alami turut menyumbang terhadap permasalahan Banjir di Palangkaraya. 

Selain itu, ia menyoroti banyaknta saluran drainase yang tidak terawat, tersumbat oleh sampah, atau bahkan tidak ada sama sekali di beberapa area pemukiman baru. 

Pembangunan jalan dan bangunan komersial sering mengorbankan ruang terbuka hijau yang seharusnya berfungsi sebagai area resapan air hujan. 

"Sistem pengolahan limbah yang tidak memadai membuat saluran air ada menjadi tidak optimal dalam mengalirkan air ketika hujan lebat," imbuhnya. 

Akibatnya, air hujan seharusnya dapat dialirkan dengan baik justru tertahan dan menggenangi jalan serta pemukiman penduduk.

"Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan juga berkontribusi pada meningkatnya risiko Banjir di Palangkaraya," paparnya. 

Banyak penduduk yang masih membuang sampah sembarangan, termasuk ke sungai dan saluran drainase, menyebabkan tersumbatnya aliran air. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved