Berita Palangkaraya
Minim Sumbangan Peningkatan Ekonomi Kalteng, Industri Eksploitasi Alam Tak Lagi Bisa Diharap
Pertumbuhan ekonomi di Kalteng dari sektor SDA tak begitu menggeliat, industri eksploitasi alam perkebunan sawit dan pertambangan tak lagi bisa digara
Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Sri Mariati
TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKA RAYA - Ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) 2024, tumbuh 4,6 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, industri eksploitasi alam seperti perkebunan sawit dan pertambangan tak lagi bisa diharap.
Badan Pusat Statistik atau BPS Kalteng mencatat, pertumbuhan ekonomi dari sisi customer to customer (c-on-c) terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha, kecuali industri pengolahan yang mengalami kontraksi.
Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 9,18 persen, diikuti Pertambangan dan Penggalian sebesar 9,12 persen, dan Pengadaan Air sebesar 8,85 persen.
Sementara itu, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang memiliki peran dominan mengalami pertumbuhan sebesar 1,30 persen dan 4,47 persen.
Sedangkan Industri Pengolahan mengalami kontraksi sebesar 0,02 persen.
Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, mengungkapkan, turunnya peran industri pengolahan seperti Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah yang beberapa tahun terakhir menjadi andalan Kalteng, disebabkan produksi kelapa sawit yang cenderung stagnan.
"Produksi CPO di Kalimantan Tengah 2024 turun sebesar 14,76 persen. Hal ini disebabkan produksi kelapa sawit yang cenderung stagnan, dan permintaan dari negara tujuan ekspor melemah. Selain itu, produksi karet remah dan kayu olahan juga menunjukkan tren penurunan," kata Agnes saat konferensi pers berita resmi statistik BPS Kalteng, Rabu (5/2/2025).
Pertumbuhan ekonomi tahun 2024 memang meningkat, akan tetapi itu belum mencapai pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 di angka 6,45 persen. Angka ini tertinggi sejak 2020.
Agnes menjelaskan, tingginya pertumbuhan ekonomi tahun 2022 di Kalteng juga dipengaruhi kondisi pasca Covid-19, yang mana tahun itu ekonomi baru benar-benar berjalan lancar.
Saat itu, industri yang cenderung mengeksploitasi alam seperti pengolahan serta pertambangan dan penggalian menyumbang angka cukup tinggi. Pengolahan menyumbang 4,51 persen, sedangkan pertambangan dan galian menyumbang 15,65 persen.
Namun, dua tahun terakhir industri pengolahan dan pertambangan cenderung menurun dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi di Kalteng.
"Selama ini Kalteng sumber pertumbuhannya dari industri pengolahan dan pertambangan. Kalau dari pertambangan itu ada moratorium yang membatasi eksplorasi sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan untuk Kalteng," ujar Agnes.
Meski masih mengalami pertumbuhan, Kalteng bakal kesulitan jika masih mengandalkan industri pengolahan dan pertambangan yang cenderung mengeksploitasi alam. Terlebih saat ini banyak negara yang sudah menggunakan energi terbarukan.
Hal ini menyebabkan permintaan ekspor untuk produksi batu bara maupun CPO dari Kalteng akan berkurang.
"Itu tentu berdampak pada pertumbuhan ekonomi kita," jelas Agnes.
Palangka Raya Resmi Jadi Tuan Rumah Kongres GMNI XXIII Tahun 2028, Ada Historisnya |
![]() |
---|
Tak Ada Anggaran Tambahan, Pemprov Targetkan RTH Eks KONI Kalteng Selesai Paling Lambat Desember |
![]() |
---|
Panen Jagung di Pekarangan Polresta Palangka Raya, Achmad Zaini: Bukti Bisa Bertani di Tengah Kota |
![]() |
---|
Simpan 24 Paket Sabu, Napi Rutan Kelas IIA Ditangkap Satresnarkoba Polresta Palangka Raya |
![]() |
---|
Pemprov Kalteng Bakal Kaji Pelanggaran Aturan dan Kerusakan Lingkungan oleh 7 Perusahaan Tambang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.