Kuliner Kalteng

Kue Kokoleh, Kuliner Tradisional Khas Kalsel yang Masih Diburu di Kota Palangka Raya Kalteng

Kokoleh memiliki berbagai macam penyebutan di setiap daerah, ada yang menyebut Kakulih, ataupun Kakoleh. 

Editor: Haryanto
ISTIMEWA/MG5/SEL
Kokoleh memiliki berbagai macam penyebutan di setiap daerah, ada yang menyebut Kakulih, ataupun Kakoleh.  

TRIBUNKALTENG.COM, PALANGKARAYA - Kue Kokoleh adalah hidangan manis khas Kalimantan Selatan. 

Namun, kue kuliner ini juga sering diburu penikmatnya karena juga dijual di beberapa tempat di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Kokoleh memiliki berbagai macam penyebutan di setiap daerah, ada yang menyebut Kakulih, ataupun Kakoleh

Kue tradisional ini terbuat dari tepung beras dan santan.

Baca juga: Kuliner Tradisional di Palangkaya Kalteng Bubur Hintalu Karuang Masih Diminati Warga Kota

Ia memiliki tekstur kenyal dan disajikan dengan kuah santan dan gula merah. Biasa juga divariasikan dengan campuran durian.

Kue ini memiliki warna hijau yang berasal dari pewarna alami, seperti daun pandan. 

Selain rasanya yang lezat, kokoleh juga dipercaya memiliki nilai gizi yang tinggi karena terbuat dari bahan-bahan alami.

Kue Kokoleh biasanya disajikan saat acara-acara khusus atau momen penting dalam budaya masyarakat Kalimantan Selatan. 

Beberapa momen di mana kue kokoleh sering disajikan di saat ada acara pernikahan, hari raya, acara adat, arisan, dan selametan. 

Sayangnya, keberadaan kokoleh saat ini mulai tergeser oleh makanan modern. 

Namun, beberapa pedagang kuliner berusaha untuk melestarikan kue kokoleh.

Tak hanya kakoleh, di warungnya yang terletak di Pelabuhan Rambang atau Dermaga Rambang, di Jalan Riau, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng).

"Kami berjualan makanan tradisional ini sudah 10 tahun," jelas Basnah, belum lama  ini.

"Sekarang banyak juga bermunculan makanan modern sehingga makanan tradisional menjadi sunyi. Kami awalnya bisa membuat 8 Kg adonan, sekarang kami hanya membuat 5 Kg saja," imbuhnya.

Meskipun makanan tradisional semakin menurun peminatnya, namun masih ada sebagian orang yang berburu untuk menikmatinya.

Feby, warga Kota Palangka Raya, di antaranya.

"Menurut saya meskipun sekarang banyak makanan modern bermunculan, tetapi masih ada peminat makanan tradisional, karena tidak semua orang itu menyukai makanan modern, karena selera kita berbeda-beda, ada yang cocok ada yang tidak," katanya.

Feby juga menyampaikan harapannya untuk melestarikan makanan tradisional.

"Selain itu, kita juga perlu memikirkan bagaimana cara mengemas makanan tradisional agar lebih menarik bagi generasi muda," katanya. 

"Contohnya kita bisa mempromosikan makanan tradisional melalui sosial media ataupun mengenalkan makanan tradisional di cafe. Kalau bisa menu di cafe-cafe itu tidak hanya makanan modern saja, tetapi juga disediakan makanan tradisional, karena cafe kan tempat banyak anak-anak muda berkumpul, ini bisa jadi strategi yang tepat untuk mempromosikan ke generasi muda," imbuhnya.

Ia juga menyarankan, pihak-pihak terkait membuat even makanan tradisional. 

"Harapannya untuk mewujukan hal ini diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha kuliner, hingga masyarakat," pintanya.

"Semoga makanan tradisional kita terus dilestarikan dan bisa bersaing di era modern sekarang", tutup Feby. (MG5/SEL)

 

 

 

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved