Tubuh Bocah Dibawa Buaya di Kobar

Ekosistem Sungai Arut Rusak Pakan Berkurang, Diduga Jadi Penyebab Buaya Agresif Serang Manusia

BKSDA Kobar Sebut, dulunya warga bantaran Sungai Arut Kobar dan Buaya hidup berdampin, namun belakangan menyerang warga Mendawai, Ini dugaanya.

Penulis: Ahmad Supriandi | Editor: Fathurahman
BKSDA Pangkalan Bun untuk Tribunkalteng.com
Bangkai buaya Sungai Arut Kobar yang dibunuh warga karena diduga menelan jenazah bocah warga Mendawai Seberang dikuburkan, Minggu (26/11/2023). 

TRIBUNKALTENG.COM, PANGKALAN BUN - BKSDA Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat mengungkapkan, dulunya warga bantaran Sungai Arut Kobar dan Buaya bisa hidup berdampingan, nyaris tidak pernah terjadi serangan buaya ke manusia.

Namun belakangan sifat buaya yang hdup di Sungai Arut Kobar tersebut agresif, hingga menyerang warga Mendawai seperti yang terjadi  Sabtu (25/11/2023) pagi, terjadi peristiwa memilukan yang menggemparkan.

Seorang bocah berumur 10 (sepuluh) tahun diterkam buaya saat dirinya sedang mandi dan bermain di Sungai Arut.

Buaya tersebut berhasil diamankan kemudian dibelah perutnya karena diduga menelan jenazah korban seorang bocah.

Baca juga: Sebelum Diterkam Buaya di Sungai Arut Kobar, Korban Sempat Teriak Minta Tolong Pada Temannya

Baca juga: Isak Tangis Pecah saat Habil, Korban yang Dibawa Buaya di Sungai Arut Kobar Kalteng Ditemukan

Baca juga: Viral Sungai Kusan Tanbu Kalsel, Muncul Buaya Berukuran Besar Petugas Pasang Plang Peringatan

Namun saat isi perut buaya dibongkar, ternyata tidak ditemukan jenazah korban didalam perut buaya.

Bangkai buaya yang dibunuh warga karena diduga menelan jenazah warga Mendawai Seberang dievakuasi dan dikuburkan.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam  atau BKSDA Pangkalan Bun menyoroti perubahan perilaku buaya yang menjadi agresif sampai menyerang warga.

Kepala Seksi Koservasi Wilayah (SKW) II Pangkalan Bun, Dendi Setiadi berharap buaya tersebut dapat ditranslokasi tetapi masyarakat dan keluarga korban meminta buaya tersebut untuk dibunuh karena diduga telah menelan jenazah korban.

"Setelah dilakukan upaya persuasif, tidak ditemukan jenazah korban di dalam perut buaya tersebut," jelas Dendi.

BKSDA Kobar mencatat kejadian buaya menyerang warga di Sungai Arut terjadi setelah 10 (sepuluh) tahun.

"Sering kali kami melakukan upaya mitigasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar mengurangi aktivitas di sungai," kata Dendi

Dendi juga mengingatkan masyarakat agar tidak memelihara ternak di sekitar sungai dan tidak membuang sampah ke sungai, agar tidak ada perubahan perilaku satwa liar di Sungai Arut.

Menurut Dendi perubahan perilaku buaya menjadi agresif juga bisa terjadi karena pakan di habitat buaya berkurang karena ekosistem di Sungai Arut rusak.

"Pertumbuhan manusia di sekitar Sungai Arut hingga membuat kerusakan lingkungan, menjadi permasalahan yang harus ditangani pihak terkait untuk menangkal bencana serangan satwa liar," jelasnya.

Dendi menambahkan irisan aktivitas manusia dan buaya juga menjadi pemicu buaya menjadi lebih agresif.

"Kami berharap masyarakat sekitar Sungai Arut memahami kearifan lokalnya yang mengetahui buaya merupakan satwa liar yang hidup di Sungai Arut sejak dulu,"

Sebelumnya buaya sudah sering muncul di sekitar Sungai Arut.

Sebagian masyarakat sekitar Sungai Arut percaya bahwa buaya tersebut adalah leluhur mereka yang sudah sejak lama hidup berdampingan dengan masyarakat dan tidak pernah mengganggu.

"Dari sudut pandang konservasi buaya juga bagian dari ekosistem Sungai Arut, alih fungsi kawasan yang tadinya habitat buaya menjadi pemukiman membuat irisan aktivitas manusia dengan buaya," ujar Dendi.

Dendi mengatakan semua perairan di Kotawaringin Barat merupakan habitat buaya. (*)
 

Sumber: Tribun Kalteng
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved