Berita Kotim
Warga Tionghoa Kotim Kini Miliki Gedung Krematorium Sendiri, Tak Perlu Lagi Bawa Jenazah ke Kalsel
Warga Tionghoa di Kotim kini telah memiliki gedung Krematorium sendiri, sehingga tak perlu lagi membawa Jenazah ke Kalsel.
Penulis: Devita Maulina | Editor: Fathurahman
TRIBUNKALTENG.COM, SAMPIT - Warga Tionghoa di Kotim kini telah memiliki gedung Krematorium sendiri, sehingga tak perlu lagi membawa Jenazah ke Kalsel.
Bupati Kotawaringin Timur H Halikinnor Jumat (16/06/2023) meresmikan gedung krematorium yang dibangun Perkumpulan Sosial Bakti Sampit.
Lokasi gedung krematorium di Sampit tersebut berada di Komplek Makam Jalan Jenderal Sudirman Km 6,3.
Peresmian gedung krematorium tersebut sekaligus menjawab penantian panjang dari warga tionghoa di Kotim yang telah lama menginginkan adanya tempat kremasi di wilayah tersebut.
Informasinya, gedung yang baru diresmikan tersebut adalah gedung krematorium pertama di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng).
Baca juga: Ditinggal Mencaleg, 9 Kades di Kotim Masih Kosong, Pelantikan Penjabat Menyesuaikan Jadwal Bupati
Baca juga: Wakili Kotim di Lomba Kelurahan Provinsi, Bupati H Halikinnor Berharap Kelurahan Ketapang Terbaik
Baca juga: Jabat Ketua Pengurus Daerah MES Kotim, Sekda Fajrurrahman Yakin Bisa Bawa Perubahan
“Ini adalah kerinduan kami selama berpuluh-puluh tahun. Selama ini, kalau kami ingin melakukan kremasi harus ke luar daerah. Karena di Kotim, bahkan di Kalteng belum ada tempat kremasi,” kata Ketua Perkumpulan Sosial Bakti Sampit Budiman.
Diketahui, kremasi merupakan tradisi warga keturunan tionghoa untuk menghormati keluarga yang telah meninggal.
Sebelumnya, Warga Tionghoa di Kotim yang ingin mengkremasi jenazah keluarganya harus membawa jenazah ke tempat kremasi di Kalimantan Selatan, karena di Kalteng belum ada tempat kremasi.
Namun, dengan adanya gedung krematorium itu diharap bisa meringankan beban bagi keluarga mendiang yang ingin melakukan kremasi.
“Fasilitas ini bisa digunakan oleh lintas agama, kami tidak membatasi. Baik itu umat Hindu, Kaharingan, Hindu Bali, Buddha, dan kadang ada juga Kristen yang memang minta jenazah keluarganya dikremasi, kami persilakan” ujarnya.
Budiman membeberkan, bukan tanpa alasan tempat krematorium tergolong jarang ditemukan. Sebab, untuk menyediakan fasilitas krematorium memerlukan mesin yang canggih dan itu masih jarang di Indonesia.
Bahkan, untuk mesin yang digunakan di gedung krematorium mereka harus mendatangkan dari luar negeri.
Mesin dan material yang diperlukan untuk pembangunan ini didatangkan menggunakan kapal laut dan membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga tak heran pembangunan yang dimulai dari 2021 baru bisa tuntas dan diresmikan sekarang.
Menggunakan mesin yang canggih tersebut, dengan suhu 800 derajat selsius cukup waktu 3 jam untuk kremasi atau total 4 jam untuk sampai tahap pendinginan. Kelebihan lainnya, mesin ini tidak menimbulkan asap dan bau karena sudah dilengkapi filter.
“Tidak perlu menunggu berhari-hari, cukup beberapa jam saja selesai. Tanpa asap, tanpa bau, jadi seperti tidak ada kegiatan sama sekali ketika dilakukan kremasi,” imbuhnya.
Budiman melanjutkan, berdirinya gedung krematorium tersebut tak lepas dari dukungan pemerintah daerah dan anggota DPRD dapil Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Pasalnya, gedung itu dibangun menggunakan dana Rp 1,6 miliar yang bersumber dari dana hibah aspirasi anggota DPRD Kotim yang disalurkan melalui bagian Kesra Pemkab Kotim, hasil donasi dari para pengurus dan seluruh anggota perkumpulan sosial bakti sampit, serta warga tionghoa yang berada di luar daerah.
“Terimakasih kepada pemerintah daerah, DPRD, dan seluruh donatur. Dengan saling bahu membahu dan menyediakan dana, akhirnya gedung krematorium satu-satunya di Kalteng tersebut bisa diwujudkan,” ucapnya.
Selain gedung krematorium, pihaknya juga membangun tempat penitipan abu di lantai 2 rumah duka perkumpulan sosial bakti di Jalan Jenderal Sudirman Km 1.
Pihak keluarga boleh menitipkan abu jenazah keluarganya di tempat itu, sehingga mempermudah apabila mengadakan acara di rumah duka.

Ia menambahkan, seperti namanya perkumpulan sosial bakti bersifat sosial, sehingga untuk penggunaan fasilitas kremasi tersebut pihaknya tidak mematok biaya.
Hanya saja bagi pihak yang ingin mengkremasi diminta menyediakan sendiri bahan bakar minyak (BBM) minimal 150 liter sesuai keperluan untuk mengkremasi 1 jenazah.
Tapi, jika yang bersangkutan berasal dari kalangan tidak mampu, maka akan digratiskan.
“Kalau tidak mampu kami gratiskan. Sedangkan, yang mampu biasanya menyumbang, makanya jadi subsidi silang.
Sumbangan itu bisa digunakan untuk keluarga yang tidak mampu tadi,” pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.